Tak perlu mundur jika terkendala keuangan
Malang, SERU.co.id – Sebanyak 5.734 calon mahasiswa baru (camaba) Universitas Brawijaya (UB) diterima melalui jalur Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT). Jumlah ini sekaligus menjadikan Universitas Brawijaya (UB) kembali menempati rangking pertama jumlah peminat terbanyak dari 20 Perguruan Tinggi Negeri (PTN), yakni 62.327 peminat.
Wakil Rektor I Bidang Akademik UB, Prof Dr Ir Imam Santoso MP mengatakan, prodi peminat terbanyak jurusan Saintek, yaitu Fakultas Kedokteran 3.305, Teknik Informatika 2.312 dan Sistem Informasi 1.498. Sementara jurusan Soshum, yaitu Psikologi 3.248, Ilmu Hukum 3.156 dan Manajemen 2.308.
“Pada SNBT ini, UB menerima 5.734 camaba, termasuk limpahan Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP), dari awal kuota SNBT 5.470 orang. Limpahan dari SNBP ini karena peserta tidak daftar ulang atau mundur, lantaran beberapa alasan dan kondisi,” seru Prof Imam.
Baca juga: UB Kukuhkan Prof Abdullah Said dan Prof Ananda Sabil Hussein
Disebutkannya, total daya tampung UB dari ketiga jalur pendaftaran SNBP, SNBT dan Mandiri, untuk jenjang D3, D4 dan S1 sebanyak 18.285 camaba.
Mantan Dekan Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UB menjelaskan, terkait kuota dalam penerimaan mahasiswa baru UB tahun akademik 2023/2024. Pihaknya menerapkan rasio kuota jalur SNBP 30 persen, SNBT 30 persen dan Mandiri 40 persen.
“Ketika ada peserta yang mundur atau tak daftar ulang dari SNBP, maka sisa kuota ditambahkan ke SNBT melalui usulan ke pusat. Sama halnya ketika kuota SNBT tersisa karena peserta mundur, maka sisa kuota ditambahkan ke jalur Mandiri. Sehingga kuota Mandiri nanti bisa lebih dari 40 persen, namun tak lebih dari 50 persen, masih rentang 40-50,” beber Prof Imam.
*Camaba tak perlu mundur jika terkendala keuangan
Disinggung alasan camaba tak daftar ulang atau mundur tanpa alasan yang jelas. Dirinya menjelaskan, alasan tidak daftar ulang itu beragam. Seperti diterima sekolah kedinasan, tidak sesuai jurusan yang diinginkan, hingga masalah keuangan.
Baca juga: UB Kukuhkan Prof Rachmat Kriyantono dan Prof Surjono
“Bisa jadi peserta tersebut diterima sekolah kedinasan yang lebih menjanjikan masa depan, misal STAN, Akpol dan lainnya. Kemudian ada yang diterima tapi pilihan kedua, sehingga ingin mencoba pilihan sesuai passion di jalur Mandiri,” terangnya.
Sementara terkait masalah keuangan dikarenakan kondisi yang bersangkutan dari keluarga tidak mampu, pihaknya membuka luas ruang konsultasi atau diskusi. Tak dipungkiri beberapa mahasiswa berprestasi dan berpotensi juga dari latar belakang keluarga tak mampu. Namun mereka memiliki keinginan kuat untuk berubah lebih baik dengan kuliah.
“Dari kasus ini, bisa mengurus beasiswa dan mengajukan KIP, atau akan dibantu seringan-ringannya melalui beasiswa yang ada.
Ada skema penundaan UKT, mengangsur dan lainnya bagi yang tidak mampu. Yang penting jangan mundur karena masalah keuangan,” tandasnya. (rhd)