Malang, SERU.co.id – Universitas Brawijaya (UB) mengukuhkan empat profesor dalam sepekan secara berurutan. Dimana sehari sebelumnya Senin (19/6/2023) mengukuhkan dua profesor, dilanjutkan dua profesor hari ini, Selasa (20/06/2023).
Kali ini, Prof Dr Drs Abdullah Said MSi, dikukuhkan sebagai profesor bidang Ilmu Perencanaan Pembangunan pada Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) dan profesor aktif ke-13 di FIA. Sekaligus profesor aktif ke-168 di UB, serta menjadi profesor ke-314 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan oleh UB.
Sementara, Prof Ananda Sabil Hussein SE MCom PhD, dikukuhkan sebagai profesor dalam bidang Ilmu Manajemen Pemasaran pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) dan profesor aktif ke-21 di FEB. Sekaligus profesor aktif ke-169 di UB, serta menjadi profesor ke-315 dan termuda pada usia 40 tahun dari seluruh profesor yang telah dihasilkan oleh UB.
Dalam orasinya, Prof Dr Drs Abdullah Said MSi menyampaikan pidato pengukuhan berjudul “Model Perencanaan Pembangunan Berbasis Pertukaran Ekonomi dan Sosial guna Meningkatkan Kesadaran Partisipasi Masyarakat”.
“Perencanaan pembangunan umumnya saat ini yaitu procedural planning. Dimana lebih bergantung kepada aspek administratif dengan perencana yang lebih pragmatis. Karena mereka seringkali lebih condong pada gaya perencanaan tersebut,” seru Prof Abdullah Said.
Sementara, lanjutnya, perencanaan pembangunan theory in planning atau substantive planning akan lebih dekat dengan penawaran untuk memecahkan persoalan sosial ekonomi yang ada di masyarakat. Dengan fokus sebenarnya pada perencanaan, sehingga substantive planning menciptakan fleksibilitas dari hasil perencanaan yang telah dibuat.
Dijelaskannya, Model Perencanaan Pembangunan Berbasis Pertukaran Ekonomi dan Sosial merupakan model perencanaan yang efektif. Gabungan dari perencanaan, prosedural serta substantif yang dilakukan secara bersama-sama. Didukung oleh partisipasi dari masyarakat sebagai objek dari perencanaan pembangunan.
“Keunggulan dari model yang saya buat, dapat mengetahui nilai yang dipertukarkan oleh masyarakat dalam melakukan partisipasi pada perencanaan pembangunan. Sehingga program yang dihasilkan dari proses perencanaan lebih tepat sasaran, serta berdampak nyata bagi masyarakat,” terangnya.
Lebih daripada itu, model ini juga berfokus pada nilai-nilai sosial dan ekonomi masyarakat yang merupakan objek dari pembangunan. Selain itu, model ini juga mampu memberikan pilihan bentuk-bentuk partisipasi yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Berdasarkan keenam prinsip dalam social exchage theory.
Sementara itu, Prof Ananda Sabil Hussein SE MCom PhD membacakan pidato pengukuhan berjudul ”Experiential Relationship Quality Plus (ExRQ+) Model sebagai Strategi Peningkatan Loyalitas Wisatawan menuju Tujuan Wisata Berkelanjutan”.
Berdasarkan kajian-kajian pada bidang pemasaran umum dan pemasaran pariwisata, konsep relationship quality merupakan konsep penting yang dapat digunakan oleh para pemasar. Khususnya pemasar pariwisata untuk mampu menciptakan sebuah hubungan jangka panjang dengan wisatawan.
“Kajian-kajian tersebut telah membuktikan, menciptakan kepercayaan dan kepuasan, sebagai komponen penting dari relationship quality mutlak yang dilakukan oleh pemasar,” terang profesor termuda UB pada usia 40 tahun ini.
Dari hasil penelitiannya, Prof. Ananda Sabil merumuskan sebuah konsep proses terbentuknya loyalitas wisatawan terhadap sebuah tujuan wisata berkelanjutan. Kemudian diberi nama Experiential Relationship Quality Plus (ExRQ+) Model.
Sebagai konsep yang dibangun untuk menyempurnakan konsep relationship quality, konsep ExRQ+ Model memberikan beberapa kontribusi. Umumnya pada pengembangan ilmu pengetahuan, dan khususnya pada pemasaran.
“ExRQ+ Model merupakan model konseptual yang komprehensif, mengintegrasikan relationship quality yang telah banyak dikaji oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Dengan experience–engagement model yang saya kembangkan pada penelitian-penelitian sebelumnya,” bebernya.
Konsep ini juga menjelaskan bagaimana sebuah interaksi di antara konsumen. Dalam hal ini adalah wisatawan akan menghasilkan evaluasi dalam bentuk kepercayaan dan kepuasan. Dimana pada akhirnya akan menciptakan sebuah keterlibatan emosional dan sebuah hubungan jangka panjang.
Rangkaian tersebut berasal dari proses atau stimulus pengalaman interaksi wisatawan dengan masyarakat, wisatawan dengan wisatawan, wisatawan dengan tempat wisata.
“Wisatawan akan berkunjung kembali dan mengajak wisatawan lainnya, sehingga muncul hubungan emosional, kepercayaan pengalaman akan wisata yang berkelanjutan. Sehingga apa yang dibawa pulang adalah kepuasan yang melahirkan loyalitas,” tandasnya. (rhd)