UM Tambah Empat Guru Besar

Empat guru besar (bawah) Universitas Negeri Malang yang dikukuhkan bersama oleh Rektor dan Senat. (ist) - UM Tambah Empat Guru Besar
Empat guru besar (bawah) Universitas Negeri Malang yang dikukuhkan bersama oleh Rektor dan Senat. (ist)

Menurutnya, ada peningkatan 50 persen peningkatan kemampuan belajar yang mengarah perbaikan dari tiap kelemahan siswa tadi. Dimana lingkungan dari kelompok bentukan, dapat saling mendukung dan mempercepat proses perbaikan.

Ketiga, Prof Dr Adi Atmoko MSi MPd merupakan Guru Besar bidang psikologi pembelajaran. Dalam karya ilmiahnya, ia menyoroti tindakan guru di kelas dalam menghadapi berbagai perilaku siswa.

Bacaan Lainnya

Khususnya tindakan negatif siswa, seperti ngantuk dan bolos. Menurutnya, hal ini terjadi karena ketidakharomonisan guru dengan siswa. Dengan kata lain, ada dugaan konflik antar siswa, atau siswa dengan guru.

“Maka cara pandang guru terhadap hakikat pembelajaran perlu dibenahi. Jika guru pandangan sempit, cuma capaian pembelajaran yang dikejar, rentetannya jika anak salah, dianggap negatif. Guru pun kemudian jengkel dan bertindak negatif dengan membully atau bertindak keras terhadap murid,” terangnya.

Dampaknya, siswa kemudian jadi malas ke sekolah atau bahkan menolak untuk belajar. Hingga kemudian perlu perbaikan, mulai dari cara pandang guru yang diperluas, tidak hanya mengajar di kelas. Namun menjadikan siswa harus punya kemampuan menyelesaikan masalah.

“Idealnya tugas guru harus bisa merancang pembelajaran, serta membuat iklim kondusif dan kenyamanan belajar. Hasil dari perluasan cara pandang tersebut, siswa tidak hanya terangkat kompetensi akademis saja. Namun juga kompetensi sosial maupun religinya terdongkrak,” tandasnya.

Keempat, Prof Dr Aman Santos MSi, dari MIPA Kimia, lantaran memanfaatkan limbah Bioful, dengan latar belakang pemikiran akan kebutuhan energi yang terus meningkat. Dimana saat ini bahan energi masih dari fosil yang semakin menipis cadangannya, dan diprediksi 2050 bakal terjadi kelangkaan energi.

“Maka perlu dikembangkan energi alternatif, yakni berupa Bio Diesel dari minyak sawit. Sayangnya sementara ini bahan bakar dari Bio Diesel masih dianggap pesaing dari bahan pangan. Serta dituduh penyumbang kerusakan lingkungan,” masygul Prof Aman, sapaan akrabnya.

Pos terkait