Secara umum kendala-kendala yang dihadapi dalam pemodelan sistem cerdas bersumber dari tiga hal berikut:
1) pemodelan hanya murni berbasis data (induktif) tanpa memperdulikan pengetahuan perilaku sistem,
2) teknik optimasi parameter model bersifat spekulatif sehingga terjebak dalam parameter optimum lokal, dan
3) metode preprocessing data bersifat umum tanpa memperhatikan kompleksitas dan keunikan atau karakteristik data.
Menurut Agus Naba, pendekatan deduktif menjadi pilihan bijak selagi pengetahuan sistem tersedia. Teknik optimasi perlu dibuat lebih sistematis dan terarah, tidak lagi spekulatif. Sementara bergantung pada kasusnya, teknik preprocessing perlu dibangun secara spesifik berbasis keunikan sistem.
“Bila langkah-langkah ini bisa dilakukan, pemodelan sistem cerdas akan lebih efektif dan efisien. Serta potensi cacat model sistem cerdas bisa berkurang,” jelasnya.
Untuk mengatasi kendala-kendala ini, Agus Naba mengusulkan suatu strategi yang diberi nama Heuristic AI Modeling (HAIM) atau pemodelan sistem cerdas heuristik. HAIM menyarankan tiga hal:
1) pendekatan deduktif atau gabungan deduktif-induktif lebih diprioritaskan dalam pemodelan sistem cerdas,
2) algoritma optimasi yang spekulatif diganti dengan yang lebih sistematis dan terarah, dan
3) unit preprocessor untuk ekstraksi fitur unik data perlu didesain secara spesifik per kasus.
Beberapa riset yang berhasil dipecahkan Agus Naba dengan menerapkan pendekatan HAIM. Contohnya, estimasi kecepatan angin pada turbin angin menggunakan model fuzzy yang dibangun secara heuristik-deduktif; optimasi pengontrol model fuzzy lebih terarah untuk memecahkan masalah pendulum terbalik; deteksi pneumonia pada citra sinar-X; deteksi obyek mobil, dan deteksi jenis gangguan pada jaringan listrik.
Sementara itu dalam pidato pengukuhannya, Prof DrSc Asep Awaludin Prihanto SPi MP mengusung judul: “Model Perbaikan Produk Fermentasi Perikanan Tradisional dengan Comprehensive-Product Improvement Memanfaatkan Keilmuan Bioteknologi.”
Dibeberkannya, produk perikanan yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia masih didominasi oleh produk perikanan tradisional. Untuk mempertahankan kualitas produk, telah dikembangkan beberapa metode pengawetan.