Mahasiswa ITN Olah Limbah Kubis Jadi Bahan Bakar Alternatif

Mahasiswi ITN Kota Malang, Riantika Sherlindatama, peraih IPK tertinggi 3,88. (ws4) - Mahasiswa ITN Olah Limbah Kubis Jadi Bahan Bakar Alternatif
Mahasiswi ITN Kota Malang, Riantika Sherlindatama, peraih IPK tertinggi 3,88. (ws4)

Malang, SERU.co.id – Mahasiswi Fakultas Teknik Industri (FTI), Riantika Sherlindatama, peraih Indeks Kumulatif (IPK) tertinggi 3,88 di Institut Teknologi Nasional (ITN) Kota Malang 2022, mampu meninggalkan karya terbaiknya. Dengan memanfaatkan limbah kubis dari bahan yang murah dan menggunakan teknologi sederhana. Untuk dijadikan bahan bakar alternatif, dengan harapan mampu mengatasi krisis energi (fosil).

Riantika Sherlindatama menyampaikan, kebutuhan masyarakat di Indonesia akan minyak tanah dan gas saat ini mengalami kesulitan. Teknologi Biobriket dapat menjadi salah satu bahan bakar alternatif.

Bacaan Lainnya

“Daripada limbah kubis busuk, lebih baik dibuat bahan bakar alternatif,” seru penyandang predikat Cumlaude, dengan masa studi 3,5 tahun.

Mahasiswi S-1 Program Studi (Prodi) Teknik Kimia ini, memilih kubis karena kandungan selulosanya berpotensi diolah menjadi produk bernilai tinggi seperti briket. Digabungkan dengan sekam padi, kualitas biobriket menjadi terbaik. Ditinjau dari pengaruh jenis perekat dan variasi komposisi sekam padi dengan kubis.

“Kubis mengandung sekitar 18,806 serat. Variabel yang digunakan, komposisi sekam padi dengan kubis, perbandingan 40:60, 50:50, 60:40, 70:30, dan 80:20, dibandingkan tepung tapioka (kanji), sagu dan molases,” tambah Riantika, dara kelahiran Sidoarjo, 20 September 1999.

Metode yang dilakukan dalam pembuatan biobriket ini, yaitu metode karbonisasi. Dari hasil penelitian, didapatkan rasio pencampuran biobriket yang terbaik menghasilkan nilai kalor tertinggi. Dengan campuran 40 persen sekam padi berbanding dengan 60 persen kubis.

“Dalam 100 gram adonan membutuhkan empat kilogram kubis yang sudah busuk. Jika dikomersialkan bisa dijual seharga Rp1000 dengan berat lima gram,” tambah Riantika, menjelaskan di depan awak media materi skripsinya tersebut.

Perempuan berhijab yang akan diwisuda Sabtu (17/3/2022), berencana untuk mencari desa penghasil kubis seperti di Kota Batu. Dirinya berharap, penelitiannya dapat dikembangkan lagi dan bermanfaat bagi Industri. (ws4/rhd)


Baca juga:

Pos terkait