Malang, SERU.co.id – Sekitar 158 mahasiswa teknik Sipil Politeknik Negeri Malang (Polinema) mengikuti sertifikasi internasional Tekla dan Cubicost. Yakni Tekla Structures Foundation Level (BIM 3D) dan Basic Level Cubicost TAS, TRB dan TME (BIM 5D). Digelar oleh Glodon Authorized Training Center (GATC) Polinema dan Authorized Training Center (ATC) Tekla Polinema, selama tiga hari, Senin-Rabu (23-25/6/2025).
Ketua Jurusan (Kajur) Teknik Sipil Polinema, Mohamad Zenurianto Dipl Ing HTL MSc mengatakan, total ada 158 mahasiswa yang mengikuti sertifikasi internasional Tekla dan Cubicost. Terbagi 94 mahasiswa mengikuti sertifikasi Tekla Structures Foundation Level (BIM 3D). Serta 64 mahasiswa mengikuti Basic Level Cubicost TAS, TRB dan TME (BIM 5D).
“Mereka yang ikut dari mahasiswa Teknik Sipil semester 4 program Diploma III dan mahasiswa semester 6 program Sarjana Terapan D4. Total 158 mahasiswa, Tekla ada 94 mahasiswa itu 92 mahasiswa Indonesia dan 2 mahasiswa asing, serta Cubicost ada 64 mahasiswa,” seru Zen, sapaan akrabnya, usai membuka sertifikasi, Senin (23/6/2025).
Menurut Zen, Polinema memiliki dua Authorized Training berlisensi, pertama yakni ATC Tekla yang berkaitan tentang perencanaan struktur bangunan. Kedua, Glodon ATC dengan Cubicost yang berkaitan dengan penjadwalan, pembiayaan hingga 5 Dimensi (5D).
“Dua ATC ini yang Polinema punya. ATC untuk Tekla dan ATC Glodon untuk Cubicost,” jelasnya.
Disebutkannya, sertifikasi ini penting untuk memastikan kompetensi seseorang, khususnya mahasiswa Teknik Sipil. Sebagai jurusan pemilik sertifikat resmi Tekla dan Cubicost di Polinema melalui ATC dan GATC.
“Seseorang boleh saja mengaku kompeten dimana-mana, tapi harus ada bukti, dan buktinya ya sertifikat. Karena sertifikat Tekla dan Cubicost ini untuk mendukung dan memudahkan mahasiswa untuk mencari pekerjaan. Sebab perusahaan atau kontraktor lebih mengutamakan seseorang yang memiliki sertifikat, baik nasional apalagi internasional,” ucapnya.
Zenurianto menambahkan, ada beberapa keuntungan jika Polinema sudah memiliki lisensi sendiri. Selain bisa mengeluarkan sertifikat sendiri, biaya yang dibutuhkan untuk mengikuti sertifikasi lebih murah.
“Artinya, mahasiswa Polinema yang ikut sertifikasi biayanya bisa diatur, sehingga tidak terlalu mahal. Kalau di luar paling murah Rp1,2 juta, dan membayar pihak lain. Tapi untuk mahasiswa Polinema sendiri murah sekitar Rp400 ribu dan biaya mandiri,” ungkapnya.
Manfaat pelatihan dan sertifikasi tersebut tak hanya dirasakan oleh kalangan internal dosen dan mahasiswa Polinema. Namun juga mahasiswa dan dosen kampus lain yang mengikuti pelatihan maupun sertifikasi Tekla dan Cubicost di Polinema.
“Kalau mahasiswa biasanya hanya ambil untuk sertifikasinya. Tapi kalau dosen dia mengarah ke trainner untuk ToT. Dan kampus lain yang ikut merasakan manfaatnya itu banyak sekali. Seperti Politeknik Negeri Manado, Politeknik Negeri Banjarmasin, Politeknik Negeri Banyuwangi, vokasi Undip, vokasi UNS Solo, UM, Unmer dan beberapa poltek lain,” bebernya.
Sebagai informasi, saat ini hanya ada tiga politeknik yang mempunyai Authorized Training berlisensi. Yakni Politeknik Astra dan Politeknik Negeri Bandung (Polban), dimana keduanya hanya memiliki satu BIM, Tekla atau Cubicost.
“Jadi hanya Polinema yang punya Authorized Training berlisensi dua BIM, yakni Tekla dan Cubicost,” tandasnya. (rhd)