Puasa Arafah: Sehari Menggugurkan Dosa Dua Tahun

Puasa Arafah: Sehari Menggugurkan Dosa Dua Tahun

*) Oleh : Dr. Ajang Kusmana
Dosen Universitas Muhammadiyah Malang

Puasa Arafah bagi selain jamaah haji adalah sunah Nabi yang mulia dan keberuntungan yang besar.

Bacaan Lainnya

Puasa ini dapat menggugurkan dosa dua tahun, sebagaimana sabda Nabi صلى الله عليه وسلم:

« صِيَامُ يَومِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى ﷲ أَنْ يُكَفِّر السَّنَةَ الَّتِي قَبلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَه »

“Puasa pada hari Arafah, saya berharap kepada Allah untuk bisa menggugurkan dosa setahun yang telah lalu dan setahun setelahnya.” (HR. Muslim: 1162)

Yang lebih utama dan lebih sempurna di dalam puasa sunnah yang spesifik (mu’ayyan), seperti puasa Arafah, hendaknya diniatkan puasa semenjak dari malam hari, agar mendapatkan pahala yang lebih sempurna tidak kurang.

Hendaknya mempersiapkan istri, anak dan orang yang berada di bawah tanggungannya (ART) untuk mengerjakan puasa Arafah.

Said bin Jubair rahimahullah berkata: “Bangunkan pelayan kalian bersahur untuk berpuasa hari Arafah.”

Berusahalah untuk menenggelamkan dosa-dosamu pada hari Arafah bersamaan dengan tenggelamnya matahari di hari itu.

Di antara transaksi menguntungkan di 10 hari Dzulhijjah ini adalah mengkhatamkan al-Qur’an secara penuh, disertai dengan tadabbur dan pemahaman.

Karena sesungguhnya Allah memberikan ganjaran pahala bagi setiap hurufnya hingga 10 kalinya. Dan di 10 hari Dzulhijjah ini akan dilipatgandakan lagi dibandingkan hari lainnya.

Pada malam harinya diisi dengan salat malam.

Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:

« أَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيْضَةِ : صَلَاةُ اللَّيْل »

“Seutama-utama shalat setelah salat wajib adalah shalat lail (malam).” (HR. Muslim: 1163)

Seorang muslim tidak sepatutnya hanya membatasi semangatnya untuk shalat malam di bulan Ramadhan saja, namun hendaknya ia juga bersemangat melaksanakan sholat malam di 10 hari Dzuhijjah ini.

Baca Juga : Khotbah Idulfitri: Menjadi Pemenang Sejati Setelah Ramadan
Keutamaan hari 10 awal Dzulhijjah yang juga berlimpah pahala apabila diisi dengan ibadah dan kebaikan kepada orang lain

“Waktu terbaik dan penuh berkah itu:

1. 10 malam terakhir Ramadhan (21-30)

2. 10 siang awal Dzulhijjah (1-10)

Apabila lalai beribadah 10 malam akhir Ramadan, maka gunakam 10 awal siang Dzulhijjah untuk ibadah, berinfak dan melakukan amalan bermanfaat bagi manusia.”
.
Jika Allah bersumpah dengan nama makhluk ciptaannya, ini menunjukkan bahwa makhluk tersebut memiliki keutamaan.

10 hari yang Allah gunakan untuk bersumpah dalam surat Al-Fajr, yang dimaksud dalam ayat ini apakah 10 awal Dzulhijjah.
.
Allah Ta’ala berfirman: “Demi fajar. Dan (demi) hari yang sepuluh” (QS Al-Fajr: 1-2)
.
Pendapat ulama yaitu yang menjamak dua pendapat sebelumnya, mereka menyatakan bahwa jika siang hari awal 10 bulan Dzulhijjah lebih mulia dari pada siang hari 10 akhir Ramadan.

Baca Juga : Warisan Kesalehan, Pengaruh Keimanan Orangtua pada Anak Cucu
Dan sebaliknya, 10 akhir malam Ramadhan lebih baik dari 10 awal malam Dzulhijjah.

Sehingga tafsir ayat tersebut mencakup bulan Dzulhijjah dan bulan Ramadhan, yaitu 10 siang awal Dzulhijjah dan 10 malam akhir Ramadhan
.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah menjelaskan hal ini, beliau berkata: “Sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan lebih utama dari sepuluh malam pertama dari bulan Dzulhijjah.

Dan sepuluh hari pertama Dzulhijah lebih utama dari sepuluh hari terakhir Ramadhan.

Dari penjelasan keutamaan seperti ini, hilanglah kerancuan yang ada.

Jelaslah bahwa sepuluh hari terakhir Ramadhan lebih utama ditinjau dari malamnya.

Sedangkan sepuluh hari pertama Dzulhijah lebih utama ditinjau dari hari (siangnya) karena di dalamnya terdapat hari nahr (qurban), hari Arafah dan terdapat hari Tarwiyah (8 Dzulhijjah).” (*)

disclaimer

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *