Siswa SDN Cemorokandang 3 Antusias Pelajari Arca ‘Museum Keliling’ Disdikbud Kota Malang

Siswa SDN Cemorokandang 3 antusias mengikuti program Museum Keliling. (ws13) - Siswa SDN Cemorokandang 3 Antusias Pelajari Arca 'Museum Keliling' Disdikbud Kota Malang
Siswa SDN Cemorokandang 3 antusias mengikuti program Museum Keliling. (ws13)

Malang, SERU.co.id – Siswa SDN Cemorokandang 3 antusias mengikuti program museum keliling yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang. Para siswa berkesempatan mengikuti pembelajaran terkait arca, salah satu jenis peninggalan purbakala.

Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kota Malang, Juli Handayani mengungkapkan, program ini diselenggarakan setiap tahun. Banyak sekolah yang antusias dan menunggu menjadi sekolah sasaran kegiatan museum keliling.

Bacaan Lainnya

“Kami sengaja memilih SDN Cemorokandang 3, karena lokasinya di pinggiran kota dan jauh dari pusat kota. Kami menghadirkan dua arca, agar para siswa mengenal peninggalan masa lampau secara langsung,” seru Juli, Selasa (29/4/2025).

Di hadapan para peserta didik, Juli memajang arca, sehingga peserta didik bisa menyaksikan secara langsung. Dua arca itu merupakan salah satu dari 136 benda purbakala koleksi Museum Mpu Purwa Kota Malang.

“Museum Keliling merupakan program inisiatif kami sendiri di bidang kebudayaan Disdikbud Kota Malang. Untuk anggaran, kami terima anggaran dari kementerian,” ungkapnya.

Melihat antusias siswa yang selalu ingin bertanya, Juli berharap, semakin banyak generasi muda yang mencintai peninggalan leluhur. Menurutnya, kegiatan ini digelar memang bertujuan untuk mengedukasi para siswa terkait peninggalan purbakala di berbagai sekolah.

“Selama ini banyak yang belum tahu, karena tinggalnya jauh dari museum (Mpu Purwa). Dengan adanya program Museum Keliling ini, mereka bisa melihat langsung meski tidak di museum,” ujarnya.

Hadir di tempat yang sama, Ketua TACB (Tim Ahli Cagar Budaya) Kota Malang, Rakai Hino Galeswangi. Rakai menjelaskan, dua arca yang dihadirkan yaitu Arca Ganesha Tikus dan Arca Mahakala.

“Kami memilih kedua arca tersebut, karena ukurannya kecil dan mudah dipindahkan. Arca Ganesha Tikus merupakan masterpiece yang unik, karena hanya satu-satunya,” bebernya.

Tak sedikit siswa yang penasaran kala melihat penampakan arca-arca tersebut. Rakai mengatakan, benda bersejarah itu bukan sekadar patung.

“Arca adalah patung yang disakralkan, dibacakan doa dan digunakan dalam peribadatan. Sedangkan patung yang tidak disakralkan, bukanlah arca,” tuturnya.

Peserta didik pun dibuat kaget saat melihat Arca Mahakala. Arca Mahakala itu tidak memiliki kepala, karena saat penyebaran kerajaan Islam, banyak arca dihancurkan bagian kepalanya.

“Kepala adalah bagian tubuh yang penting, tanpa kepala tidak ada hewan dan manusia bisa hidup. Kepala tersebut dihancurkan, agar tidak lagi digunakan sebagai sarana pemujaan,” imbuhnya.

Para siswa mendapatkan kesempatan bertanya sekaligus mengamati Arca Ganesha Tikus dan Arca Mahakala. (ws13)

Sedangkan Arca Ganesha Tikus, memiliki keunikan, karena Dewa Ganesha digambarkan mengendarai tikus. Ini menegaskan posisi sakral dewa, karena mitosnya gajah biasa takut dengan tikus. Dewa Ganesha sebagai seorang dewa tidak takut dan justru menjadikannya wahana (kendaraan, dalam bahasa Sansekerta).

Rakai mengaku, bangga dengan program Museum Keliling inisiatif Disdikbud Kota Malang. Pasalnya, program tersebut baru pertama kali ada di Kota Malang dan diharapkan bisa menjadi percontohan bagi daerah lain.

Kepala SDN Cemorokandang 3, Anas Mahfudz mengungkapkan, pihaknya bersyukur, karena sekolahnya menjadi sasaran kegiatan Museum Keliling. Selama ini, sekolahnya yang berada jauh dari pusat kota belum pernah mengadakan studi tour ke Museum Mpu Purwa.

“Dengan adanya program ini, siswa kami merasa senang bisa belajar dan melihat benda purbakala secara langsung. Masukan dari kami, lebih banyak arca yang ditampilkan, agar semakin menarik keingintahuan siswa,” tandasnya. (ws13/rhd)

Pos terkait