Ini Saran Akademisi UMM Terhadap Fenomena Melemahnya Rupiah

Ini Saran Akademisi UMM Terhadap Fenomena Melemahnya Rupiah
Venus Kusumawardana, SE, MM. (foto:ist)

Malang, SERU.co.id – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menyentuh angka Rp16.300 hingga Rp16.500 per dolar. Tekanan terhadap rupiah ini memantik kekhawatiran pelaku ekonomi, karena dapat berdampak pada stabilitas perekonomian nasional.

Dosen Prodi D-III Perbankan dan Keuangan Fakultas Vokasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Venus Kusumawardana, SE MM menjelaskan, fenomena melemahnya rupiah harus tetap diwaspadai karena penyebab dan tantangannya berbeda dari masa ke masa. Pasalnya, penyebab utama melemahnya rupiah tahun ini bersumber dari kombinasi faktor eksternal dan domestik.

Bacaan Lainnya

“Dari luar negeri, kebijakan moneter The Fed menjadi pemicu kuat. Sementara dari dalam negeri, defisit neraca perdagangan serta tekanan inflasi turut memperlemah posisi rupiah,” seru Venus sapaannya

Venus menjelaskan, ketika bank sentral AS menaikkan suku bunga acuan, investor global cenderung menarik dana dari negara berkembang dan menempatkannya di aset berbasis dolar. Tindakan itu diambil karena dianggap lebih aman dan menguntungkan. Terlebih lagi disaat impor lebih besar dari ekspor, maka permintaan dolar akan naik dan cadangan devisa bisa tergerus.

“Inflasi menekan daya beli masyarakat dan pendapatan pelaku usaha, yang bisa memicu perlambatan ekonomi,” ungkapnya.

Untuk merespons situasi ini, lanjut Venus, Bank Indonesia (BI) telah menjalankan tiga kebijakan utama yakni intervensi di pasar valuta asing, penyesuaian suku bunga acuan, serta operasi pasar terbuka. BI juga berupaya menjaga cadangan devisa pada level aman, sekitar 140 miliar dolar AS. Namun menurutnya, menjaga stabilitas rupiah tidak cukup hanya dari sisi moneter.

“Beberapa strategi yang perlu dilakukan adalah mendorong ekspor dan pariwisata untuk memperkuat cadangan devisa, menarik lebih banyak investasi asing langsung (FDI), serta mengurangi ketergantungan pada impor, ” cetusnya.

Venus mencontohkan, investasi asing di sejumlah wilayah seperti Pasuruan serta beberapa daerah lainnya turut menggerakkan ekonomi lokal. Posisi ini menurutnya dapat memperkuat posisi rupiah melalui capital inflow. Menurutnya pula, pemerintah juga bisa memperluas penggunaan rupiah dalam transaksi domestik dan regional.

“Edukasi cinta produk dalam negeri tak kalah penting untuk mengurangi kebutuhan devisa, ” imbuhnya.

Venus menambahkan pula, stabilitas nilai tukar tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau Bank Indonesia, tapi juga seluruh elemen masyarakat.

“Konsumsi produk lokal, peningkatan ekspor, dan efisiensi impor adalah bagian dari kontribusi nyata untuk menjaga kekuatan rupiah, ” pungkasnya. (dik/ono)

 

Pos terkait