Malang, SERU.co.id – Fakultas Vokasi Universitas Brawijaya (UB) kembali membuktikan komitmennya dalam pengembangan teknologi berbasis lingkungan. Lewat inovasi Digitalisasi Pohon (DIGITREE) sebagai solusi inovatif dengan memanfaatkan teknologi QR Code pada setiap pohon di lingkungan Fakultas Vokasi UB. Melalui pemindaian kode ini, pengguna dapat mengakses informasi lengkap mengenai pohon, mulai dari taksonomi, morfologi, hingga sejarah dan cerita rakyat yang berkaitan dengannya.
Salah satu anggota tim, Susenohaji SE MSi menekankan, pentingnya sinergi dalam mengembangkan sistem ini.
“Saya fokus pada strategi marketing dan kebijakan. Dengan perancangan berbagai riset dan jurnal tentang bagaimana membangun pentahelix dalam menciptakan keberlanjutan produk,” seru Suseno, Kamis (6/3/2025).
Lebih dari sekadar inovasi teknologi, DIGITREE juga diharapkan menjadi pendekatan sosial yang mampu mendukung perekonomian masyarakat desa. Konsep ini terinspirasi dari gagasan aset desa tidak hanya berupa barang fisik. Namun juga meliputi pohon, budaya dan sumber daya alam lainnya.
“Melalui digitalisasi ini, masyarakat bisa membagikan cerita tentang pohon, termasuk sejarah dan nilai budayanya. Harapannya, desa wisata bisa berkembang, pengunjung bisa bermalam. Pada akhirnya meningkatkan taraf ekonomi desa secara merata,” jelas Susenohaji.
Agar dapat terus berjalan, DIGITREE menerapkan model Software as a Service (SaaS) berbasis langganan. Memungkinkan desa atau komunitas memperoleh pendapatan berkelanjutan. Selain itu, sistem ini juga membuka peluang bagi sponsor melalui program CSR untuk mendukung operasional dan pemeliharaan aplikasi.
“Aplikasi ini harus tetap berjalan dengan adanya dana yang mendukung. Semakin banyak pengunjung yang mengakses informasi melalui QR Code, semakin besar potensi pemasukan desa. Ini adalah instrumen pemerataan ekonomi, bukan pemusatan kekayaan,” tambahnya.
Namun, perjalanan mengembangkan DIGITREE tidak selalu mulus. Salah satu tantangan terbesarnya, menyatukan visi dan cara pandang dari berbagai disiplin ilmu yang terlibat. Seperti programming, database, strategi pemasaran, televisi dan animasi serta kehutanan.
“Bukan menemukan ahlinya yang sulit, tetapi menyatukan visi untuk berjuang bersama. Itu yang menantang,” ungkapnya.
DIGITREE pertama kali diimplementasikan di Kota Probolinggo melalui program Matching Fund. Dengan digitalisasi sebanyak 2.000 pohon yang tersebar di Alun-Alun, Pendopo, Pantai Cemara dan Taman Wisata Lingkungan Hidup. Ke depan, sistem ini akan diperluas ke tiga sekolah di Malang serta Kebun Raya Purwodadi, bekerja sama dengan BRIN dalam program Riset Kolaboratif Indonesia (RIM).
“Tak hanya itu, DIGITREE juga telah diperkenalkan dalam acara Pencanangan Gerakan Anti Green Money Laundering oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Hal ini menjadi bentuk komitmen UB dalam mendukung keberlanjutan lingkungan melalui teknologi digital,” urainya.
DIGITREE bukan sekadar proyek teknologi, tetapi juga gerakan edukasi lingkungan inklusif dan berkelanjutan. Tim pengembang berharap sistem ini dapat menjadi bentuk amal jariyah. Memudahkan masyarakat untuk lebih mencintai dan menjaga lingkungan.
“Tujuan kami bukan hanya sekadar peduli, tetapi juga ingin memfasilitasi orang agar lebih cinta kepada lingkungan. Ini juga menjadi bukti Vokasi UB tidak hanya diam. Tetapi berkontribusi nyata dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pelestarian lingkungan,” pungkasnya.
Dengan inovasi ini, Fakultas Vokasi UB menegaskan perannya dalam mendukung SDGs melalui teknologi inklusif, berkelanjutan dan berbasis masyarakat. Pengembangan DIGITREE melibatkan tim dari dosen, mahasiswa dan alumni lintas disiplin ilmu. Tim ini dipimpin oleh Bayu Sutawijaya SKom MKom dengan anggota yang memiliki keahlian di berbagai bidang. (afi/mzm)