Malang, SERU.co.id – Universitas Brawijaya (UB) kembali menghadirkan inovasi berbasis teknologi untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Kali ini, UB memperkenalkan Layanan Teknologi Real-Time untuk Ayam (LENTERA). LENTERA merupakan sebuah sistem peternakan modern berbasis Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT).
Teknologi ini dikembangkan dosen Fakultas Peternakan UB, Danung Nur Adli SPt MSc MPt. Dikatakan Danung, LENTERA dirancang untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas peternakan ayam. Terutama bagi peternak kecil yang masih bergantung pada metode konvensional.
“Saya melihat banyak peternak masih menggunakan cara tradisional. Padahal perubahan suhu yang ekstrem bisa membuat ayam stres dan menurunkan produktivitasnya. LENTERA hadir sebagai solusi untuk masalah ini,” seru Danung.
LENTERA mengandalkan sensor IoT untuk memantau suhu, kelembapan dan konsumsi pakan ayam secara real-time. Data yang diperoleh akan dianalisis AI dan ditampilkan di aplikasi ponsel, sehingga peternak bisa mengontrol kondisi kandang dari jarak jauh.
Lebih dari sekadar pemantauan, sistem ini juga memiliki fitur otomatisasi. Jika suhu kandang terlalu tinggi, kipas pendingin akan menyala secara otomatis untuk menjaga keseimbangan suhu ideal bagi ayam.
“Misalnya, suhu ideal 32°C, tetapi jika naik hingga 38°C, sistem akan langsung menyalakan kipas pendingin tanpa perlu campur tangan manusia,” jelas Danung.
Keunggulan lain dari LENTERA adalah kemampuannya beradaptasi dengan peternakan skala kecil yang menggunakan sistem open house. Berbeda dengan closed house yang lebih stabil, peternakan open house lebih rentan terhadap perubahan suhu lingkungan. Dengan LENTERA, peternak kecil kini bisa bersaing dengan peternak besar.
LENTERA dikembangkan melalui kolaborasi antara Fakultas Peternakan dengan Fakultas Ilmu Komputer (FILKOM) UB. Dosen FILKOM UB, Tirana Noor Fatyanosa SKom MKom PhD menjelaskan, timnya berperan dalam pengembangan teknologi AI yang menjadi otak dari sistem ini.
“Kami membangun model prediktif berbasis machine learning yang menganalisis data suhu, kelembapan dan konsumsi pakan secara real-time. Model ini bisa memberikan rekomendasi atau bahkan langsung mengatur kondisi kandang untuk hasil optimal,” jelas Tirana.
FILKOM juga menyediakan infrastruktur teknologi berupa server untuk memproses data dari sensor IoT. Menurut Tirana, tantangan utama dalam pengembangan AI untuk LENTERA adalah memastikan akurasi data yang diambil secara real-time.
“Data dari perangkat IoT harus bersih dan akurat sebelum diproses AI. Tantangan lainnya adalah bagaimana memastikan sistem tetap efisien dan ekonomis tanpa mengurangi kualitas,” tambahnya.
Saat ini, prototipe LENTERA telah diuji coba di laboratorium in vivo di Karangploso. Pengujian ini bertujuan untuk mengukur dampak pengaturan suhu terhadap berat badan ayam.
“Kalau suhu kandang nyaman, ayam lebih banyak makan daripada minum. Hal ini berarti bobotnya akan naik lebih cepat,” terang Danung.
Ke depan, LENTERA akan dikembangkan lebih lanjut dengan fitur AI yang lebih canggih. Salah satu inovasi yang sedang dirancang adalah penggunaan teknologi pengenalan visual berbasis YOLO untuk memantau berat badan ayam secara otomatis menggunakan CCTV.
“Jika ada ayam yang bobotnya tidak ideal, sistem akan langsung mendeteksinya. Ini akan mempermudah peternak dalam mengontrol kesehatan ternak mereka,” ungkap Danung.
Selain itu, LENTERA juga akan dilengkapi dengan sistem otomatisasi pemberian pakan dan air minum, sehingga peternakan dapat berjalan dengan lebih efisien.
LENTERA merupakan bagian dari upaya Universitas Brawijaya dalam mendorong pemanfaatan teknologi di sektor pertanian dan peternakan. Peresmian AI Center dan Data Center UB oleh Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid pada awal Januari 2025 menjadi momentum penting bagi proyek ini.
Terpisah, Meutya Hafid menegaskan, inovasi berbasis AI di sektor peternakan memiliki dampak besar terhadap ketahanan pangan nasional.
“Teknologi seperti LENTERA bisa meningkatkan efisiensi peternakan sekaligus meningkatkan kesejahteraan peternak kecil. Ini adalah investasi jangka panjang yang harus terus dikembangkan,” ujarnya. (aan/mzm)