Dosen FP UB Kembangkan Jagung Raja R7 di NTT, Tingkatkan Produktivitas Masyarakat Transmigran

Dosen FP UB Kembangkan Jagung Raja R7 di NTT, Tingkatkan Produktivitas Masyarakat Transmigran
Uji coba pengembangan diikuti oleh dosen, mahasiswa dan masyarakat. (foto: ist)

Malaka, SERU.co.id – Dosen Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP UB) bersama tim dan warga setempat melakukan uji coba pengembangan Jagung Raja R7. Pengembangan tersebut dilakukan di lahan seluas satu hektar di kawasan permukiman transmigrasi Kapitan Meo, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT). Uji coba ini merupakan bagian dari upaya percepatan kemandirian masyarakat transmigran melalui optimalisasi budidaya, pengolahan dan pemasaran komoditas unggulan jagung.

Dosen FP UB, Dr Budi Waluyo SP MP mengatakan, jagung Raja R7 merupakan hasil kerja sama antara Universitas Brawijaya dan perusahaan swasta. Varietas jagung ini memiliki potensi produktivitas hingga 12 ton per hektar. Jika diolah menjadi silase (pakan ternak), hasilnya bisa mencapai 35-40 ton per hektar.

Bacaan Lainnya

“Dari percobaan yang telah dilakukan di beberapa daerah, benih Jagung Raja R7 mampu menghasilkan hingga 16 ton per hektar. Asalkan disertai dengan input pupuk memadai,” seru Budi saat berdiskusi bersama Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Malaka.

Pemaparan materi oleh dosen UB kepada masyarakat transmigran. (foto: ist)

Menurutnya, hasil tinggi dari Jagung Raja R7 dapat dimanfaatkan tidak hanya untuk konsumsi lokal. Namun juga diolah menjadi komoditas industri, dengan silase sebagai pakan ternak. Harapannya, wilayah Kapitan Meo dapat menjadi pusat unggulan produksi jagung dan produk turunannya, yang akan berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat setempat.

Baca juga: Dosen UB Kembangkan Pita Mulsa Organik Cegah Pertumbuhan Gulma dan Evaporasi di NTT

“Pemilihan kawasan Kapitan Meo sebagai lokasi pengembangan bukan tanpa alasan. Wilayah ini memiliki tanah yang subur, meskipun terbatas dalam hal pengairan. Jika pengelolaan dilakukan secara optimal saat musim hujan, hasilnya akan sangat baik,” tambah Budi.

Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Dana Padanan 2024 – Kedaireka dengan fokus pada percepatan kemandirian masyarakat transmigran. Proyek ini diketuai oleh Dr Ir Panji Deoranto STP MP dan melibatkan beberapa akademisi lainnya. Termasuk Dr Budi Waluyo, Dr nat techn Sudarma Dita Wijayanti STP MSc MP, Dr Ida Nurwiana MSi, Dr Ir Alfred OM Dima MS dan Dr Ir Johana Suek MSi.

Selain Universitas Brawijaya, proyek ini juga melibatkan Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang serta Dinas Transmigrasi dan Pertanian setempat. Melalui program ini, diharapkan wilayah perbatasan Indonesia-Timor Leste, khususnya Kapitan Meo, dapat berkembang menjadi pusat pertanian dan peternakan mandiri dan mampu meningkatkan kesejahteraan transmigran. (afi/ono)

Pos terkait