Dukung Program Hilirisasi Rumput Laut, PT Asia Sejahtera Mina Akuisisi PT Giwang Citra Laut

Dukung Program Hilirisasi Rumput Laut, PT Asia Sejahtera Mina Akuisisi PT Giwang Citra Laut
Indra WIdyadharma Direktur Umum PT. Asia Sejahtera Mina (Jas Hitam) saat public exppse online di Surabaya. (foto:iki)

Surabaya, SERU.co.id – Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar ke-2 di dunia. Menurut Badan Pusat Statik (BPS) Indonesia mengekspor lebih dari 232 ribu ton produk rumpul laut dan terus meningkat setiap tahunnya.

PT Asia Sejahtera Mina (ASM), perusahaan yang bergerak di bisnis rumput laut mendukung program hilirisasi pemerintah. Untuk itu, pada tahun 2022 PT ASM mengakuisisi PT. Giwang Citra Taut yang berbasis di Takalar, Sulawesi Selatan untuk membentuk produk baru Semi Refine Carragenan (SRC), produk olahan rumput laut yang berbentuk tepung.

“Jadi produk baru Semi Refine Carragenan (SRC), ini merupakan produk olahan rumput laut yang berbentuk tepung dan digunakan pada  industri makanan dan obat-obatan,” kata Indra Widyadharma, Direktur Umum PT. Asia Sejahtera Mina.

Ditambahkannya, PT ASM telah berdiri sejak tahun 2008 dan mengekspor rumput laut jenis Eucheuma Cottoni, Echeuma Spinosium dan Gracilaria sp dari beberapa daerah di Indonesia, seperti NTT, Sulawesi, Kalimantan, Bali, dan Maluku.

Adapun tujuan ekspor ke negara-negara di benua  Asia (China, Fillipina, Vietnam), Eropa (spanyol), hingga Amerika Selatan seperti Chille.

Indra menambahkan, akuisisi tersebut dilakukan untuk menambah nilai dari produk rumput laut. Tidak berhenti sampai di situ, PT Asia Sejahtera Mina juga bekerjasama dengan Hijau Inovasi untuk melakukan penelitian dan pengembangan produk makanan dan bioplastic yang berbahan dasar rumput laut.

“Pada tahun 2023 penjualan PT. Asia Sejahtera Mina meliputi penjualan lokal dan ekspor yang sebagian besar dikirimkan ke negara China mencapai 92,7% yang kebanyakan penjualan didominasi oleh rumput laut jenis cottoni dan per bulan Mei 2024 perusahaan melakukan penjualan rumput laut cottoni ke negara China sebesar 93,2% dari total penjualan selama tahun 2024,” jelasnya.

Lebih jauh diterangkan, tahun 2024 penjualan perusahaan terjadi penurunan penjualan secara YoY (2023 vs 2022) sebesar 19% dan penurunan sebesar 57% secara YoY (1Q 2024 vs 1Q 2023).

Baca juga: Alif Devin: Kesulitan Utama Pebisnis Digital Pemula Adalah Mendapatkan Ide

“Disebabkan oleh penurunan permintaan rumput laut dari pelanggan, khususnya dari luar negeri. Hal ini disebabkan oleh demand yang menurun dikarenakan ekonomi yang kurang mendukung seperti ketidakstabilan politik di Timur Tengah dan Rusia yang masih berlangsung tetapi diproyeksikan permintaan akan berangsur normal pada Bulan Juli – Agustus 2024,” terang dia.

Masih kata Indra, penurunan penjualan tersebut berdampak pada penurunan laba kotor Perseroan secara YoY (2023 vs 2022) sebesar 10% dan penurunan sebesar 22%  secara YoY (1Q 2024 vs 1Q 2023).

“Perseroan mengalami kerugian yang cukup signifikan pada level Laba (Rugi) bersih di tahun 2022, 1Q 2023 dan 1Q 2024. Hal ini dipengaruhi secara signifikan oleh anak usaha perseroan, yakni PT Giwang Citra Laut (PT GCL) yang saat ini masih dalam persiapan beroperasi. PT GCL ditargetkan akan  beroperasi dan berproduksi di Semester 2 2024,” katanya.

Rencana PT Giwang Citra Laut akan mulai produksi di bulan Agustus 2024, perusahaan memperkirakan kenaikan penjualan sebesar $500.000 dan  keuntungan meningkat $30.000, pada kuartal 4 diperkirakan adanya kenaikan penjualan sebesar $1.800.000 dan keuntungan $108.000.

Terjadi peningkatan jumlah aset secara YTD pada 1Q 2024 dibandingkan tahun 2023 sebesar 1,5%. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah  Persediaan yang dimiliki oleh Perseroan sebesar 4,7% secara YTD.

Terjadi peningkatan jumlah liabilitas secara YTD pada 1Q 2024 dibandingkan Tahun 2023 sebesar 5,6%. Hal ini disebabkan adanya peningkatan pada utang pembiayaan yang jatuh tempo dalam setahun sebesar 26,1%. Namun, secara YTD terdapat penurunan utang bank yang telah jatuh tempo sebesar  57%.

“Terdapat penurunan jumlah ekuitas secara YTD pada 1Q 2024 dibandingkan Tahun 2023 sebesar 1,9%. Hal ini disebabkan oleh rugi yang dialami  Perseroan pada periode 1Q 2024,” pungkasnya. (iki/ono)

 

disclaimer

Pos terkait