Malang, SERU.co.id – Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Diksasindo) Universitas Brawijayah (UB) sukses melaksanakan Pentas Budaya Brawijaya 2023. Puncaknya, pementasan drama musikal “Oboran Ngobong Corona”, disesaki 500 lebih penonton di Gazebo Raden Wijaya UB, Sabtu (2/12/2023) malam.
Kaprodi Diksasindo, Dr Eti Setiawati MPd mengatakan, kesuksesan acara ini adalah komitmen bersama dosen, panitia dan alumni. Dosen dan alumni memberi dukungan luar biasa, panitia dan pementas bersungguh-sungguh berlatih selama kurang lebih enam bulan.
“Pentas Budaya Brawijaya merupakan ajang tahunan dan puncak ospek mahasiswa Diksasindo. Baru terlaksana lagi tahun ini setelah wabah pandemi. Tujuannya untuk mendukung dan mencari minat bakat mahasiswa baru 2023,” seru Ety.
Baca juga: Universitas Brawijaya dan Asosiasi Museum Indonesia Daerah Luncurkan Buku Cerita Bergambar
Drama “Oboran Ngobong Corona” ditulis dan disutradarai oleh Yoko, mahasiswa Diksasindo angkatan 2019. Diketahui, Yoko rela menunda kelulusannya demi acara ini.
Drama berbahasa Jawa-Indonesia ini bercerita tentang kehidupan masyarakat desa saat corona. Lewat kilas balik tersebut, penonton disuguhi adegan korupsi, kematian, tradisi dan percekcokan.
Baca juga: Universitas Brawijaya Terima Penghargaan KIP Kampus Ramah Disabilitas
“Naskah dan pementasan drama surealis ini merupakan konversi skripsi Yoko. Terdapat sembilan babak, kurang lebih dua jam pementasan,” ungkap Fatoni, dosen pembimbing Yoko kepada SERU.co.id.
baca juga: Netflix Hentikan Sementara Produksi Drama Korea
Lebih lanjut, dosen Diksasindo, Maulfi Syaiful Rizal MPd bercerita, mahasiswa Diksasindo bisa lulus tanpa skripsi. Skripsi bisa diganti dengan pengkaryaan, salah satunya naskah drama. Diharapkan bisa membuat mahasiswa menghasilkan karya menghibur dan berguna untuk masyarakat.
Pementasan tersebut diadakan di lapangan terbuka. Penonton berada di kiri dan kanan panggung. Malam dingin membuat suasana lebih hening.
Salah satu penonton, Rafli mengaku, tidak dapat mendengar jelas beberapa dialog, karena masalah mik. Namun, penonton lainnya, Rafli, mahasiswa Ilmu Pemerintahan UB ini sangat menyukai narasi politik, sosial dan komedinya. (ws10/rhd)