UM Kukuhkan Lima Guru Besar dari Lintas Keilmuan

Lima guru besar UM yang dikukuhkan. (ist) - UM Kukuhkan Lima Guru Besar dari Lintas Keilmuan
Lima guru besar UM yang dikukuhkan. (ist)

Malang, SERU.co.id – Universitas Negeri Malang (UM) kembali mengukuhkan lima guru besar dari masing-masing keilmuan di Aula Gedung Kuliah Bersama (GKB) A19 lantai 9, Rabu (27/9/2023). Di antaranya Prof Dr Dedi Kuswandi MPd, Prof Dr Sugeng Hadi Utomo MS, Prof Dr Henny Indreswari MPd, Prof Dra Nunung Suryati MEd PhD, dan Prof Dr M Ramli MA.

Dalam presentasinya, Prof Dr Dedi Kuswandi MPd mengangkat judul ‘Model dan Strategi Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal Kekinian’. Guru besar bidang Ilmu Model dan Strategi Pembelajaran ini mengatakan, konsep TRINGO (Ngerti, Ngrasa, Nglakoni) dari Ki Hadjar Dewantara (KHD) sebagai kearifan lokal dengan konsep dan metode pembelajaran kekinian.

Baca Lainnya

Prof Dedi menambahkan, konsep TRINGO mampu membangun kemampuan literasi berbasis digital bagi guru-guru. Dirinya mensinergikan kearifan lokal yang disampaikan oleh tokoh pendidikan yaitu Ki Hajar Dewantara dengan perkembangan teknologi pembelajaran saat ini.

“Saat ini yang bisa mensinergikan antara kearifan lokal yang disampaikan oleh para tokoh pendidikan itu dengan konsep dan prinsip. Sekarang ini di era kekinian pada perkembangan teknologi dan seni serta konsep pembelajaran yang baru. Dengan menggunakan big data, Internet of Things, dan sebagainya,” seru Prof Dedi.

Baca juga: UM Kukuhkan Lima Guru Besar dari FT FMIPA FS dan FIP

Prof Dr Sugeng Hadi Utomo MS menjelaskan, penelitian mengenai hubungan kemiskinan dan tingkat pendidikan seseorang. Guru Besar Departemen Ekonomi Pembangunan FEB UM ini mengungkapkan, pendidikan mempengaruhi pola pikir serta attitude manusia.

“Kalau orang itu berpendidikan, gampang cari pekerjaan. Dan angka pengangguran rendah, upahnya lebih bagus, kehidupannya juga mapan,” ujar Prof Hadi.

Prof Hadi menambahkan, human capital merupakan modal penting untuk menjelaskan peran manusia dalam mengikuti organisasi atau bisnis. Orang yang berpendidikan memiliki sebuah privilege yang bagus untuk kehidupan.

Sementara itu, Guru Besar Bidang Konseling Humanistik, Prof Dr Henny Indreswari MPd menemukan, penelitian mengenai peningkatan kompetensi multikultural calon konselor di Indonesia. Dapat berkontribusi pada peningkatan etika profesionalitas mereka.

Dalam penelitiannya ‘Menelisik Potensi Budaya Indonesia Untuk Akselerasi Penguatan Etika Profesional Calon Konselor’ bahwasannya kemampuan empati memainkan peran penting dalam layanan konseling yang efektif.

“Empati itu juga menjadi dasar bagaimana seseorang membangun dirinya sebagai konselor secara profesional,” tutur Prof Henny.

Prof Dra Nunung Suryati MEd PhD mempresentasikan, pidato mengenai ‘Model Pengembangan Profesionalisme Guru Bahasa Inggris Yang Efektif dan Berkelanjutan’. Guru Besar Bidang Curriculum, Teacher Education and Professional Development in ELT ini mengatakan, guru junior kesulitan mengimplemetasikan Kurikulum 2013.

Baca juga: Resmikan GKB IsDB, Menristekdikti Harapkan UM Setarakan Pendidikan Level Internasional

Akhirnya Prof Nunung menemukan pendekatan berbasis proyek untuk pengembangan soft skills. Serta genre based approach untuk pengembangan keterampilan Bahasa Inggris.

“Melalui pendekatan berbasis proyek untuk pengembangan soft skill dan karakter sesuai Profil Pelajar Pancasila. Berbasis genre based approach untuk pengembangan keterampilan Bahasa Inggris dan berbasis pendekatan pembelajaran differentiated learning. Untuk mengakomodasi kebutuhan dan karakteristik siswa,” kata Prof. Nunung.

Sedangkan Guru Besar Bidang Ilmu Konseling Postmodern, Prof Dr M Ramli MA menjelaskan, penelitian ‘Penerapan Konseling Ringkas Berfokus Solusi (KRBS) Pada Pelayanan Konseling Sekolah’.

Prof Ramli mengungkapkan, penerapan KRBS pada pelayanan konseling sekolah. Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan konseling dalam membantu konseli menemukan eksepsi dan mengubahnya menjadi solusi.

“Konseling postmodern sebagai sebuah ancangan yang bertolak belakang dengan pendekatan modern. Konseling ringkas yang termasuk dibagian konseling postmodern lebih ringkas dan praktis, itu tidak menanyakan masalah lebih kepada tujuan. Konseling ringkas berfokus pada solusi,” ujar Prof. Ramli. (ws8/rhd)

Berita Terkait

Iklan Cukai Pemkab Jember

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *