Kota Malang, SERU.co.id – Prof Dr Ir Maftuch, MSi dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang lmunologi dan Kesehatan Ikan pada Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan (FPIK), di Gedung Widyaloka UB, Kota Malang, Rabu (24/7/2019). Sekaligus mencatatkan diri sebagai Guru Besar ke-17 di FPIK dan ke-241 di UB.
Prof Dr Ir Maftuch, MSi membawakan pidato ilmiah berjudul “Peran lmunologi dalam Pengembangan Kesehatan Hewan Akuakultur”. Dosen ahli bidang llmu lmunologi Dan Kesehatan Ikan UB ini menjelaskan, akuakultur dibangun dan dikembangkan dalam kerangka meningkatkan produksi perikanan untuk memenuhi kebutuhan pangan umat manusia dan untuk menurunkan produksi perikanan tangkap, agar tidak terjadi penangkapan ikan berlebihan.
“Kesuksesan peningkatan produksi akuakultur dapat menghadapi berbagai tantangan berliku-liku terhadap kegagalan atas serangan penyakit virus, bakteri, parasit dan jamur. Namun bukan berarti lepas sama sekali dari ujian serangan penyakit. Sampai saat ini masih ada Iebih dari 5 jenis virus dan koloni bakteri berbahaya yang mewabah pada akuakultur Indonesia,” jelas pria kelahiran Lamongan, 25 Agustus 1966 ini.
Maftuch mencontohkan serangan wabah penyakit virus MBV (Monodon Baculo Virus) telah menghancurkan akuakultur udang windu di Indonesia, dan diganti dengan udang vaname. Selain itu, penyakit ikan yang mewabah di Indonesia karena KHV (Koi Herpes Virus) dan TiLV (Tilapia Lake Virus) serta beberapa penyakit bakteria Iainnya.
“Kejadian penyakit pada hewan akuakultur adalah suatu proses dinamis dan merupakan interaksi antara inang (udang/ikan), pathogen (virus, bakteri, parasit, jamur) dan lingkungan (perairan). Dalam konsep imunologi, tubuh hewan akuakultur dapat mengenali setiap yang dianggap milik tubuhnya (self) dan sesuatu yang dianggap asing (non-self), sebagai basis pendekatan diagnostik dan terapi untuk meningkatkan kesehatan hewan akuakultur,” terang dosen prodi Budidaya Perairan UB ini.
Menurutnya, pendekatan diagnostik berbasis imunologi diharapkan mampu menggunakan ekspresi aktifasi molekul dan sel (respon imunitas) sebagai early warning system untuk mendeteksi kesehatan hewan akuakultur. Sedangkan implementasi dalam akuakultur diharapkan ditemukannya instrumentasi pemantau yang mampu menstabilkan keadaan lingkungan agar kesehatan hewan akuakultur tetap dalam keadaan optimal.
“Namun hal tersebut belum cukup, maka saya mengusulkan beberapa alat/instrumentasi untuk mendeteksi dini lingkungan akuakultur. Pertama, perangkat hematologi yang sudah kami desain dan sudah mendapat hak paten pada tahun 2017. Kedua, kami mengusulkan adanya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Ketiga, kami mengusulkan didesainnya suatu alat menggunakan sensor baku yang dapat mendekteksi kualitas air secara real time selama aktivitas akuakultur dalam masa akuakultur selama 3-4 bulan. Alat tersebut diharapkan dapat dipakai sebagai early warning system dan desicion support system,” tandas Maftuch. (rhd)