Kebahagiaan 14 Penyandang Disabilitas Diterima Jadi Mahasiswa Baru UB

Para mahasiswa penyandang disabilitas Universitas Brawijaya. (ist) - Kebahagiaan 14 Penyandang Disabilitas Diterima Jadi Mahasiswa Baru UB
Para mahasiswa penyandang disabilitas Universitas Brawijaya. (ist)

Malang, SERU.co.id – Raut kebahagiaan nampak pada 14 penyandang disabilitas yang diterima menjadi mahasiswa baru Universitas Brawijaya (UB) pada tahun akademik 2023-2024. Meski bukan hal baru, namun hal ini menjadi momen bahagia bagi mereka yang kini menyandang status mahasiswa UB.

Kepala Humas dan Kearsipan UB, Kotok Gurito menjelaskan, UB telah memiliki Pusat Layanan Disabilitas sejak tahun 2012. Yakni hasil kerjasama dengan Australia, dimana UB menjadi perguruan tinggi pertama yang menyediakan layanan disabilitas bagi para mahasiswanya. Saat ini, semua fakultas di Universitas Brawijaya sudah memiliki fasilitas untuk para mahasiswa yang menyandang disabilitas.

Bacaan Lainnya

“Semua fakultas rata-rata punya fasilitas pendukung. Semua kita progres untuk melengkapi fasilitas,” seru Kotok, sapaan akrab pria yang humble pada semua orang ini.

Kotok menambahkan, 14 mahasiswa disabilitas yang diterima di UB tersebut merupakan difabel daksa, netra, bisu, tuli, dan difabel mental.

“Jalur masuknya ada lewat Seleksi Mandiri Penyandang Disabilitas (SMPD), kemarin tersaring 12 mahasiswa. Sisanya dari Seleksi Mandiri, sama seperti mahasiswa lainnya,” terangnya.

Sementara itu, salah satu mahasiswa baru UB penyandang disabilitas, Grace Amanda Harianja mengaku, bersyukur dan bahagia diterima jadi mahasiswa baru UB. Dimana UB merupakan pilihan pertama perempuan berusia 18 tahun itu.

“UB jadi pilihan pertama, saya ambil Jurusan Desain Grafis, Fakultas Vokasi. Cita-cita saya menjadi desainer, dan memang suka desain dari kecil, suka seni, menggambar dan membuat sketsa. Biasanya saya bikin gambar anime, pemandangan, ada banyak,” tuturnya.

Grace merupakan mahasiswa difabel daksa yang berasal dari Pekanbaru, Riau. Selama masa orientasi mahasiswa, Grace didampingi ibunya yang berprofesi sebagai PNS. Dirinya mengaku, tak ada kesulitan selama beraktivitas sebagai mahasiswa baru di Kota Malang.

“Kebetulan untuk saat ini, ibu saya ada di sini. Mungkin kalau sudah mulai perkuliahan semester 1, ibu saya balik ke Pekanbaru,” tuturnya.

Kedua orang tuanya pun mendukung penuh keputusan Grace untuk merantau. Terlebih banyak fasilitas untuk difabel yang diberikan oleh Universitas Brawijaya.

“Saat ini tidak ada kendala. Saya sendiri yang memilih untuk kuliah di UB dan orang tua menerima dan mendukung pilihan saya,” lanjut Grace. (wul/rhd)

Pos terkait