Malang, SERU.co.id – Universitas Negeri Malang (UM) kembali mengukuhkan lima guru besar sekaligus dari berbagai keilmuan di Aula GKB A19 lantai 9, Kamis (3/8/2023). Adalah Prof Dr Yuni Pratiwi MPd, Prof Dr Murni Sapta Sari MSi, Prof Dr Agung Winarno MM, Prof Dr Tuwoso MP, Prof Aji Prasetya Wibawa ST MMT PhD.
Dalam orasinya, Prof Dr Yuni Pratiwi MPd menyampaikan, isu penting pembelajaran sastra. Dimana dalam karya sastra terkandung muatan semangat kebangsaan yang dapat digunakan oleh para pendidik sebagai sumber pelajaran.
“Tentunya sumber pembelajaran yang dapat mengantar peserta didik memiliki kompetensi kognitif dan afektif. Hal ini untuk tumbuh kembang ke alam dewasa sebagai pembela bangsa,” seru guru besar bidang pembelajaran Bahasa Indonesia, sekaligus profesor ke-15 di departemen Sastra.
Sementara, Prof Dr Murni Sapta Sari MSi mengusung ‘Literasi Botani: Konsep dan Proses Pembelajaran Biologi dalam mempersiapkan Calon Guru untuk Pembangunan Berkelanjutan.’ Dimana hasil studi menunjukkan bahwa sebagian besar guru biologi tidak dapat merancang pembelajaran bidang botani dengan baik, karena tidak mengikuti konsep dan proses yang tepat.
“Akibatnya bidang botani tidak diminati siswa, sehingga literasi botani di kalangan pendidik biologi perlu diberdayakan dalam pembelajaran. Kita memiliki kekayaan botani yang sangat luas, dengan praktek langsung itu yang bisa dijadikan guru biologi sebagai bahan pembelajaran botani,” ucap guru besar bidang pembelajaran biologi yang fokus pada botani ini.
Menurutnya, pembelajaran biologi dilakukan dengan lebih menekankan pada proses. Contohnya melalui kegiatan eksplorasi tumbuhan di lingkungan sekitar sehingga mahasiswa aktif selama pembelajaran.
“Eksplorasi mendukung konservasi keanekaragaman tumbuhan mutlak diperlukan demi keberlangsungan hidup manusia. Ini juga menjadi salah satu tujuan SDG’s untuk mengatasi krisis lingkungan,” ucap dosen FMIPA UM ini.
Di sisi lain, Prof Dr Agung Winarno MM mengusung ‘Memperkuat Ekonomi Pedesaan melalui Ruralpreneurship: Pendekatan Baru dalam Pendidikan Kewirausahaan.’ Agung mengkritik model pembinaan kewirausahaan pedesaan, dimana banyak desa yang berpotensi tapi tidak maju. Namun sebaliknya, ada desa yang tak berpotensi justru malah lebih maju.
“Hal ini karena kesalahan model kewirausahaan. Seharusnya membangun karakter hingga pelatihan, sementara kucuran modal berpotensi untuk gagal,” terang guru besar bidang pendidikan Kewirausahaan, sekaligus gubes vokasi pertama di UM.
Sementara, Prof Dr Tuwoso MP menyoroti pendidikan vokasi abad 21. Dimana pendidikan vokasi di Indonesia mengalami kesenjangan curam dengan dunia industri. Bahkan bisa dikatakan, lembaga pendidikan vokasi tertinggal karena tidak memiliki kemajuan teknologi di industri.
“Banyak lulusan skill khusus (special skills) yang diperlukan oleh industri. Hal itu merupakan great challenge untuk dunia pendidikan vokasi di era industri 4.0. Era revolusi industri 4.0 membawa konsekuensi yang cukup serius untuk dunia pendidikan vokasi,” ujar guru besar bidang pembelajaran vokasi pada departemen teknik UM ini.
Terakhir, Prof. Aji Prasetya Wibawa mengusung pidato berjudul ‘Weruh Sakdurunge Winarah. Wujud Integrasi Data, Informasi, Pengetahuan, dan Kebijaksanaan.’ Menurutnya, ungkapan weruh sadurunge winarah adalah sains datanya masyarakat Jawa. Weruh sadurunge winarah merupakan ilmu titen atau niteni, yakni memahami data dan informasi yang pernah ada, untuk membuat kesimpulan yang tepat.
“Data yang secara baik menghasilkan pengetahuan efektif melalui analisis dan interpretasi akurat. Efisiensinya masih bisa ditingkatkan dengan pembersihan data, integrasi dan aksesibilitas. Data science (DS) dan pengetahuan saling terkait dalam siklus proses penggalian kebijaksanaan,” beber guru besar pertama bidang rekayasa pengetahuan dan data sains ini. (rhd)