Museum Mpu Purwa Perkenalkan Tiga Koleksi Masterpiece Arca dan Prasasti

Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kota Malang, Dr Dian Kuntari, SSTP MSi menjelaskan masterpiece Museum Mpu Purwa. (rhd) - Museum Mpu Purwa Perkenalkan Tiga Koleksi Masterpiece Arca dan Prasasti
Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kota Malang, Dr Dian Kuntari, SSTP MSi menjelaskan masterpiece Museum Mpu Purwa. (rhd)

Dalam kesempatan tersebut, Mpu Purwa menggandeng Pengamat Sejarah dan Budaya Malang, Rakai Hino Galeswangi, untuk mengupas tiga masterpiece Museum Mpu Purwa. Untuk mempermudah peserta memahami gambaran umum Museum Mpu Purwa dan tiga masterpiece (Prasasti Kanuruhan, Arca Aksobya dan Arca Agastya). Masing-masing peserta dibekali buku saku agar nantinya juga mempermudah mengedukasi dan meliterasi anak didiknya.

“Kalau tidak salah, ada 10 koleksi masterpiece yang ada di Museum Mpu Purwa. Tiga masterpiece di antaranya Prasasti Kanuruhan, Arca Aksobya dan Arca Agastya, pernah saya kupas. Disdikbud meminta saya agar membuat buku saku tersebut sebagai bahan edukasi literasi peserta, tentunya ada secuil yang bisa masuk,” ucap Reno, sapaan akrabnya di beberapa kalangan tertentu.

Bacaan Lainnya
Rakai Hino Galeswangi, mengupas tiga masterpiece Museum Mpu Purwa. (rhd)

Sekretaris Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Malang ini juga menceritakan sejarah singkat Museum Mpu Purwa dan mengenalkan apa itu prasasti dan arca. Selanjutnya mengupas singkat tiga masterpiece Museum Mpu Purwa, yakni Prasasti Kanuruhan, Arca Aksobya dan Arca Agastya.

Prasasti Kanuruhan

Prasasti Kanuruhan. (rhd)

Prasasti Kanuruhan terdapat pada punggung Arca Ganesya yang terbuat dari Batu Andesit. Ukuran arca Ganesya memiliki panjang 101.5 cm, lebar 74 cm, dan tinggi 109.5 cm. Posisi duduk di atas bantalan motif bunga teratai ganda.

Setengah bagian dada Arca Ganesya ke atas hilang, memiliki tangan empat (caturbhuja), tangan kanan belakang patah. Tiga tangan lainnya bagian telapak tangan hilang, sehingga tidak diketahui laksana apa yang dibawa. Arca tersebut ditemukan kondisinya sudah tanpa kepala.

Rekonstruksi historis pada Ganesya Bunul ini tidak lepas dari sejarah wilayah yang bernama Bunul itu sendiri. Inskripsi yang tertera pada punggung arca (prasasti) tersebut menceritakan tentang tokoh yang berjasa dan namanya dipakai sebagai nama wilayah hingga sekarang, yakni Kelurahan Bunulrejo.

Prasasti yang tinggal 16 baris tersebut secara garis besarnya menceritakan mengenai pembuatan taman di wilayah watak kanuruhan oleh bulul. Sepanjang yang dapat dibaca pada prasasti ‘Kanuruhan’ yang berbahasa dan berhuruf Jawa kuna pada tahun 856 saka bulan Posya wuku Wukir (penanggalan serta hari pasarannya ikut hilang).

Diceritakan, Rakryan Kanuruhan Dyah Mungpang memberikan hadiah sebagian tanah di wanua desa … (nama desa tidak terbaca, hanya kata akhir yang tersisa yaitu: ‘tan’) yang masuk wilayah Kanuruhan. Atas jasa-jasanya terhadap desanya, nama Bulul tersebut diduga berhubungan dengan keamanan wilayah desa, perhatian dan kecintaannya terhadap alam lingkungan, serta patriotisme yang tinggi.

Dalam merealisasikan kecintaan dan kepedulian terhadap alam lingkungan, Bulul membuat sebuah telaga yang indah yang lengkap
dengan taman bunganya. Atas perhatian dan kepedulian Bulul terhadap lingkungan tersebut, akhirnya penguasa/ raja wilayah daerah Kanuruhan. Dengan memberikan hadiah tanah perdikan sebagai anugerah atas jasa-jasa Bulul
(Hardiati et al., 2010; Sedyawati, 1994).

Saat ini posisi, posisi Prasasti Kanuruhan diletakan di dekat tangga naik ke lantai 2 Museum Mpu Purwa. Persis pada punggung Arca Ganesya Bunul.

Pos terkait