Pentingnya Paham Resusitasi Jantung Paru

Pentingnya Paham Resusitasi Jantung Paru
Ilustrasi resusitasi. (ist)

Nama: Dhinisya Dwi Putri Lestari

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Farmasi, 2022

Resusitasi Jantung Paru sangat penting untuk dipahami dan dilakukan apalagi ketika terjadi tragedi seperti di Kanjuruhan atau di Itaewon. Resusitasi jantung paru yang biasa dikenal sebagai RJP atau dalam bahasa latinnya adalah CPR (Cardiopulmonary resuscitation) merupakan tindakan pertolongan pertama gawat darurat secara medis untuk orang yang mengalami henti jantung (Cardiac arrest) dan pingsan bahkan tidak bernapas serta tidak responsif. Tujuan dari RJP adalah untuk membuka kembali jalan pernapasan yang menyempit atau bahkan tertutup hingga dapat mengembalikan kemampuan bernapas serta sirkulasi darah dalam tubuh. Tragedi Kanjuruhan dan Itaewon  memiliki penyebab yang sama, yaitu Crowd Crush. Crowd Crush merupakan situasi ketika orang-orang berdesakan kemudian saling mendorong di ruangan yang terbatas hingga terjatuh dan sulit untuk bangun lagi. Akibatnya, banyak orang yang berakhir terinjak-injak. 

Situasi inilah yang bisa menyebabkan penurunan fungsi paru-paru sehingga seseorang dapat sulit bernapas serta kurangnya pasokan darah dan dapat menurunkan kesadaran atau henti jantung. Serangan jantung mendadak tidak sama dengan serangan jantung. Namun, serangan jantung terkadang dapat memicu gangguan listrik dalam jantung yang akhirnya menyebabkan serangan jantung mendadak. Jika orang yang mengalami serangan jantung mendadak tidak segera mendapatkan pertolongan, maka dapat menyebabkan kematian. Menurut American Heart Association (AHA), RJP dapat meningkatkan kemungkinan bertahan hidup seseorang setidaknya hingga tenaga medis profesional datang memberikan pertolongan. 

Saat kejadian di Itaewon, tersebar banyak video yang memperlihatkan bagaimana masyarakat Korea Selatan terlihat sedang melakukan RJP kepada korban pingsan dan henti jantung sebelum tenaga medis profesional datang. Bahkan di Korea Selatan terdapat aturan yang berisi tentang RJP serta perizinan bagi masyarakat awam untuk melakukan RJP kapan saja dan dimana saja apalagi ketika dibutuhkan dalam keadaan darurat seperti saat tragedi Itaewon terjadi. Namun sayangnya, di Indonesia pemahaman tentang RJP masih sangat kurang dan hanya sedikit masyarakat awam yang dapat melakukan RJP dengan benar. Kelihatannya melakukan RJP memanglah mudah, akan tetapi akan lebih baik jika kita sebagai masyarakat awam untuk mempelajarinya sehingga dapat melakukan RJP dengan benar.

Ada dua teknik RJP. Teknik yang pertama ialah memberikan napas buatan dari mulut ke mulut. Teknik ini hanya dapat dilakukan oleh orang yang terlatih, yaitu dengan cara mendongakkan kepala dan mengangkat dagu sedikit. Kemudian jepit hidung pasien, lalu tempatkan mulut anda ke mulutnya. Berikan napas atau udara dari mulut anda selama sedetik kemudian lihat apakah bagian dadanya sudah seperti orang bernapas atau belum. Jika belum, berikan napas buatan kedua dengan cara yang sama. Setelah itu, ulangi proses tekan dada sebanyak 30 kali dan diikuti oleh dua kali memberkan napas buatan (dianggap sebagai satu siklus). Jika orang tersebut tidak juga bernapas dalam lima siklus, maka anda bisa melanjutkan RJP hingga ada gerakan tubuh dan datangnya tenaga medis profesional.

Teknik yang kedua ialah melalui kompresi dada, dan teknik inilah yang umumnya dilakukan dan harus dikuasai oleh masyarakat awam. Cara melakukannya adalah dengan membaringkan tubuh pasien di atas permukaan yang keras. Kemudian anda bisa berlutut di samping leher dan bahu pasien. Letakkan salah satu telapak tangan anda tepat di atas dada bagian tengah atau di antara kedua puting, dan letakkan telapak tangan lainnya di atas tangan pertama. Pastikan bahwa posisi siku anda lurus dan bahu berada tepat di atas tangan anda. Setelah itu, anda bisa mulai menekan dada pasien kira-kira sedalam 5-6 cm sebanyak 30 kali, dengan kecepatan satu hingga dua tekanan per detik. Saat menekan, sebaiknya gunakan kekuatan tubuh bagian atas, jangan hanya mengandalkan kekuatan lengan, agar tekanan yang dihasilkan lebih kuat. Kemudian cek apakah sudah terlihat tanda-tanda pasien kembali bernapas atau bergerak. Jika belum, anda bisa memberikan napas buatan jika merasa sudah kompeten atau anda bisa lanjutkan proses kompresi dada saja hingga tenaga medis profesional datang. Kompresi dada dilakukan dengan kecepatan 100 hingga 200 kompresi dada per menit.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan RJP, pastikan orang atau pasien yang akan anda beri RJP benar-benar dalam keadaan tidak sadarkan diri atau mengalami henti jantung. Caranya adalah dengan memanggil namanya atau menggoyangkan tubuhnya secara perlahan, karena jika terlalu kencang mungkin saja akan mengakibatkan patah tulang apabila pasien tersebut mengalami henti jantung karena benturan. Jika tidak ada respon maka segera hubungi tenaga medis profesional terlebih dahulu kemudian baru lakukan RJP hingga bantuan datang. Selain itu, sebelum melakukan RJP pastikan lingkungan sekitar aman dan leluasa. Bila lingkungan sekitar dirasa sudah cukup kondusif, letakkan orang atau pasien tersebut di atas permukaan yang datar dan kokoh. Barulah RJP dapat dilakukan.

Saya harap, dari informasi yang sudah saya paparkan dapat membuat masyarakat awam yang membacanya untuk mengetahui pentingnya melakukan RJP dan bagaimana cara yang benar dalam melakukan RJP. Tentunya pasti masih ada rasa takut salah dalam melakukan RJP ini. Namun bukankah lebih baik untuk mencoba melakukannya daripada tidak melakukan apapun ketika melihat ada orang yang mengalami henti jantung atau pingsan sehingga membutuhkan pertolongan pertama yang bersifat medis atau RJP. Jadi, ingatlah bahwa keberanian anda untuk mencoba melakukan RJP bisa menyelamatkan nyawa seseorang. 


Baca juga:

Pos terkait