Sore itu Riyang Sangat Gembira, ke Stadion Diantar Ayah Ibunya

ibu riyang saat menunjukan foto puterinya semasa hidup
ibu riyang saat menunjukan foto puterinya semasa hidup

Malang, SERU.co.id – Riyang Ambarwati, seorang gadis cantik berusia 20 tahun, buah hati dari pasangan suami istri Aris dan Karyah, warga Sengguruh Kepanjen Malang harus meregang nyawa dalam Tragedi Kanjuruhan, Sabtu (01/10/2022) lalu. Orangtuanya tak memiliki firasat apapun jelang anak ke-dua mereka  yang pulang tanpa nyawa itu.

Ayah Riyang, Aris Budi mengatakan, sebelum berangkat melihat pertandingan itu, putinya terlihat sangat gembira dibandiingkan hari-hari biasanya. Ia dengan sang istri mengantarkan langsung Riyang ke halaman Stadion Kanjuruhan.

Bacaan Lainnya

“Sudah terbiasa nonton Arema, biasanya dengan kawan, dijemput. Waktu kejadian, saya dan ibu ngantar ke stadion, temannya gak jadi nonton. Saya pun mau tahu, dia keluar sama siapa saja,” seru Aris, dengan menahan sedih.

Dirinya tak menyangka hal mengerikan tersebut terjadi dan menimpa anaknya. Aris baru mendapatkan kabar sekitar pukul 24.00, ketika dirinya dan sang istri sedang pulas tertidur. Menurutnya, pihak Desa Sengguruh, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang dengan cepat mengidentivikasi putrinya dan lansung mengantarnya pulang.

“Dari desa sudah menangani. Jadi teridentifikasi anak langsung pihak desa, langsung dikabari. Pihak desa memastikan, pihak desa juga membawa Riyang,” terangnya saat dikonfirmasi SERU.co.id.

Menurut keterangan yang didapat Aris dari beberapa orang yang pertama menemukan jenazah Riyang, putrinya meninggal di area tribun. Dengan keadaan berpegangan tangan dengan teman perempuannya yang menonton dengannya.

Aris menjelaskan, tidak ditemukan lebam bekas pukulan yang membekas pada tubuh putrinya. Namun, bagian pundak hingga kepala Riyang, membiru.

“Alhamdulillah tidak ada. Bukan, gak ada lebam karena keinjak tidak ada, karena gas air mata, biru kebakar gas. Dari sini ke atas (menunjuk bahunya menuju kepala),” ungkapnya.

Disamping itu, dirinya juga mengaku putrinya juga mempunyai penyakit asam lambung dan memiliki kondisi fisik yang kurang fit sehingga tidak bisa terlalu kecapekan, serta sering mengalami sesak nafas.

Pasutri tersebut meyakini penyebab kematian anaknya dan ratusan korban lainnya dipicu kaena asap gas air mata.

“Penyebabnya karena gas air mata, itu pun suatu rahasia lagi. Semua memang bukan rahasia. Kecewa, masalahnya itu bukan orang demo, melakukan kesalahan apa. Lepas itu kerusakan apa? Ga ada kan?,” ungkapnya.

Kini pihak keluarga hanya bisa mengiklaskan, anak terakhir tercinta mereka pergi untuk selama-lamanya menyusul sang kakak, yang lebih dulu meninggal di tahum 2013, karena kecelakaan di kawasan area Stadion Kanjuruhan juga. Aris hanya bisa berharap hal seperti ini tidak lagi kembali terulang.

“Harapan terakhir saya, kalau bisa gak ada lagi terjadi insiden. Keamanan kalau bisa yang melindungi penonton, melindungi suporter, bukan menjadi pemicu,” terangny Aris. (ws6/ono)

Pos terkait