Kota Malang, SERU.co.id – Indonesia menempati urutan ke- 4 di Asia sebagai negara penyumbang emisi gas CO2 terbesar. Diperkirakan pada tahun 2030, emisi total gas rumah kaca di Indonesia mencapai angka 1.563 juta ton CO2 (Suryani, 2016). Sementara, disisi lain Indonesia berada pada garis khatulistiwa, dimana memiliki keunggulan berupa potensi energi surya yang melimpah.
Menyadari potensi tersebut, lima mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) memanfaatkan peluang dengan memanfaatkannya menjadi energi listrik. Tim ini mengombinasikannya dengan zeolite alam Indonesia (adsorbent gas CO2) melalui terobosan baru yang disebut dengan API-SIWA (Air Pollution Information System Integrated with Air Filtering, Internet of Things, and Renewable Energy).
“API-SIWA akan memantau kondisi tingkat CO2 di lingkungan sekitarnya. Jika kadar karbon dioksida yang dideteksi melebihi 600 ppm (batas normal kadar CO2 di lingkungan), maka relai akan menyala. Saat itulah proses filtering terjadi dan kipas penghisap akan menangkap gas CO2, sehingga gas yang tersisa untuk dihembuskan hanyalah oksigen saja,” jelas Naila El Arisie, jubir tim kepada Memo X.
Naila menambahkan, API-SIWA mampu memonitoring kondisi CO2 di lingkungan sekitarnya secara real time, dan melakukan proses filtrasi untuk mengurangi tingkat CO2. “Selain menampilkan kondisi CO2 realtime, Informasi terkait dampak kesehatan yang diakibatkan oleh kadar CO2 juga telah tertera di aplikasi Android API-SIWA,” tambah Naila, mewakili tim API-SIWA, yang beranggotakan I Wayan Angga Jayadiyuda (FT 2016), Muhammad Khuzain (FT 2016), Hafidh Hidayat (FT 2016), Naila El Arisie (FT 2016), dan Allysa Apsarini Shahfah (FILKOM 2016).