Konflik di Dalam Tubuh Partai Golkar Memicu Tindakan Perpecahan Dua Kubu

Konflik di Dalam Tubuh Partai Golkar Memicu Tindakan Perpecahan Dua Kubu
Konflik di Dalam Tubuh Partai Golkar Memicu Tindakan Perpecahan Dua Kubu.
Anggita Kirana Hayu Mahanani
Ilmu Pemerintahan – Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)

Menurut website BBC News, Tiga puluh empat Pimpinan Daerah Tingkat I Partai Golkar pro Aburizal Bakri mengumumkan dukungan terhadap pelaksanaan Musyrawarah Nasional IX Partai Golkar yang akan digelar di Bali mulai 30 November mendatang. Sementara itu, atas nama Majelis Umum DPP Golkar, Kelompok Anti Aburizal Bakrie justru memberhentikan Idrus Marham, Presiden dan Sekjen Aburizal Bakrie, dan membentuk Panitia Pelaksana Pertolongan Partai Golkar untuk menggelar Musyawarah Nasional pada Desember lalu.

Isu tersebut merupakan pernyataan Tejo Eddie Prujiatono, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, yang mengusulkan untuk menunda konferensi nasional di Bali (pendukung Aburizal Bakri)  dan mempertanyakan izin untuk mengadakannya. Fadel Muhammad, Wakil Ketua Umum Partai Golkar yang terjebak di Aburizal Bakri, mengatakan MPR versi mereka sejalan dengan keputusan parlemen. Ia mengatakan, “Tidak mempermasalahkan kalangan Golkar lain yang tidak sepakat, tiap anggota mempunyai hak untuk membuat sesuatu, mungkin mereka ingin merebut jabatan ketua umum” Menurut dia, dukungan terhadap Aburizal Bakrie untuk kembali menjabat sebagai ketua menguat. Ia juga menyebut, Golkar dari kubunya juga akan memunculkan kader-kader muda di Munas nanti. (NEWS, 2014)

Bacaan Lainnya

Sementara itu, Panitia Pelaksana Penyelamatan Partai Golkar mengatakan, keputusan Musyawarah Pimpinan Nasional di Yogyakarta  tahun 2014 tidak sejalan dengan aturan partai karena diputuskan secara sepihak oleh kelompok pendukung persawahan Abulrizal Bakrie. Di Organisasi manapun tidak ada rapat yang hanya satu kali, kata Agun Gunandjar dari presidium. “Ini tentang nasib Golkar lima tahun kedepan, bagaimana mengatisipasi populasi yang akan banyak sekali pemilih pemula, karena pemilih Golkar kebanyakan sudah meninggal atau sudah tua.”

Perpecahan di tubuh Partai Golkar ini merupakan yang terburuk sejak era reformasi. Sebelumnya, konflik hanya terjadi di level elit partai, yang merupakan warisan dari orde baru, dan banyak yang meninggalkan partai dan membentuk partai baru seperti Willant dan Hanula. Plabo Utsunomiya mendirikan Gerindra, dan Surya Paro kemudian memimpin Nasdem. Sebuah partai politik yang dikalahkan pada konferensi nasional yang diadakan di Liau pada tahun 2010. Pengamat politik Djayadi Hanan mengatakan “Konflik Golkar sekarang ini meruncing karena adanya ketidakmampuan pemimpin partai untuk mencari solusi konflik internal dan lebih mengedepankan sikap otoriter dengan memecat kader yang berbeda pendapat dengan elit partai” (Mulyawan, 2017)

Jika konflik ini tidak dapat diselesaikan diperkirakan Partai Golkar akan ditinggalkan para pemilih.  Jadi Golkar bisa jadi partai kecil kalau masih menampilkan pengurus lama yang berkuasa, yang tidak berprestasi karena tidak mencapai target untuk menjadi pemenang pemilu dan mengajukan capres.

Jika ingin bertahan Golkar harus memunculkan tokoh-tokoh muda seperti yang dilakukan partai politik lain di Indonesia, agar dapat melakukan penyegaran, serta memiliki pemimpin yang tegas, tidak egois yang mengedepankan urusan pribadi.  Sebagai partai senior yang paling kuat dari sisi kelembagaan dan keuangan Golkar harus menjadi contoh bagi partai politik di Indonesia, dan bukan malah terjebak dengan pertarungan politik internal.

disclaimer

Pos terkait