Idealnya, penelitian dan pembelajaran merupakan kegiatan utama yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa di institusi pendidikan tinggi. Hal ini berkaitan dengan bagaimana mereka memperoleh pengetahuan dan bagaimana menerjemahkannya ke dalam pengembangan belajar dan mengajar. Ini berlaku untuk semua bidang ilmu pengetahuan, termasuk kimia material.
“Hal Ini dikenal sebagai pembelajaran berbasis penelitian. Sebuah konsep yang perlu diterapkan di Universitas Negeri Malang (UM),” tandasnya.
Sementara itu, Prof Dr Ahmad Taufiq SPd MSi mengatakan, nanomaterial memiliki karakter unik. Bahkan fungsinya lebih handal jika dibandingkan dengan material sejenis yang berukuran lebih besar.
“Nanomagnetik cair memiliki keunikan dan keunggulan yaitu memiliki sifat layaknya material padatan. Istilahnya, nanomagnetik ini lebih fleksibel,” ungkapnya.
Menurut profesor termuda kelahiran Paiton-Probolinggo tahun 1982 ini, Nanomagnetik cair dari bahan alam Indonesia memiliki stabilitas tinggi terhadap medan magnet luar, meskipun disimpan ratusan tahun lamanya. Selain itu, nanomagnetik cair ini memiliki banyak potensi yang berguna.
“Tiga fokus pengembangan nanomagnetik cair berbasis bahan alam Indonesia. Yaitu pengembangan di bidang biomedis (antimikroba, antibakteri, antijamur, anti fibrosis, dan sistem penghantaran obat); sensor suhu dan medan magnet; serta material penyerap gelombang radar,” tandasnya. (rhd)
Baca juga:
- Tekan Angka Kecelakaan Lalu Lintas, Polres Malang Pasang Rambu dan Papan Peringatan Jalur Rawan
- ASN di Batu Cabuli Keponakannya Sejak Kelas SMP
- dr Nur Rochmah Jabat Direktur RSUD Kanjuruhan Setelah Kosong Lima Tahun
- Rakor Bersama Panitia Karnaval Desa Giripurno, Polres Batu Tegaskan Larangan Sound Horeg
- 390 Koperasi Merah Putih di Kabupaten Malang Resmi Diluncurkan, Bupati Berharap sebagai Penguat Ekonomi Daerah