Malang, SERU.co.id – Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (FISIP UB) resmi meluncurkan branding baru. Yakni Kampoeng Heritage Retropolitan Kajoetangan, salah satu kampung tematik di poros Kota Malang.
Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UB, Reza Safitri Ph.D mengungkapkan, program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) ini dilakukan 12 mahasiswa Ilmu Komunikasi. Menggandeng Nava+ serta Indopol selama 6 (enam) bulan, sejak September 2021 hingga Februari 2022.
“Ini bagian program MBKM fokus pada kemanfaatan dan relevansi, sekaligus menyelaraskan pengembangan ilmu teknologi yang terjadi di perguruan tinggi. Agar selaras dengan pemenuhan kebutuhan atau pemecahan permasalahan dunia usaha dunia industri (du-di) serta masyarakat,” jelas Reza, saat peluncuran di lantai 7 Gedung C FISIP UB, Senin (14/3/2022).
Alumni S3 Ilmu Komunikasi Universiti Malaya ini menyatakan, ada dua program yang dijalankan. Pertama, riset bersama Indopol tentang bagaimana perilaku pariwisata saat covid-19. Sementara dengan Nava+, melakukan pendampingan pengelolaan dan pengembangan pariwisata.
“Salah satunya yang kemudian dikenalkan saat ini, Kampoeng Heritage Retropolitan Kajoetangan,” tegasnya.
Sementara itu, perwakilan Nava+, Ignasius Seno membeberkan, pihaknya mengawali dengan melakukan riset tentang lokasi wisata di Malang Raya. Dari 176 responden, hanya 18,4 persen yang tahu tentang Kampoeng Heritage Kajoetangan. Sementara mayoritas sekitar 56,8 persen lebih tahu Kampung Warga Warni Jodipan (KWJ).
“Dari 18,4 persen yang tahu Kampoeng Heritage Kajoetangan adalah tempat yang menyajikan suasana vintage. Juga memuat karakter jadoel (jaman dulu), tradisional serta cocok jadi lokasi selfie,” beber mahasiswa Ilmu Komunikasi UB angkatan 2019 ini.
Berangkat dari hasil riset inilah, Ilmu Komunikasi UB dan Nava+ mencanangkan branding baru bernama Kampoeng Heritage Retropolitan Kajoetangan. Ada unsur Retropolitan, dimana didalamnya memberikan semangat vintage culture. Selain itu, pihaknya ingin melestarikan tradisi gotong royong sebagai nilai tambah dalam industri pariwisata dan ekonomi kreatif.
“Menghasilkan kolaborasi kreatif antara transformasi dan inovasi budaya. Kita juga menggelorakan gerakan romantisme tempo doeloe dengan mengeksplor berbagai ekspresi. Seperti sejarah, estetika, multietnis dan budaya lintas masa yang bertransformasi ke masa modern, disajikan melalui konten video kreatif dan medsos,” tutur Seno, sapaan akrabnya, mewakil Kandi Windoe.
Untuk mendukung branding ini, para pelaksana kegiatan telah membuat beberapa hasil yang lain. Seperti website tentang Kampoeng Heritage Retropolitan Kajoetangan, lomba video kreatif yang diikuti ratusan peserta, serta memproduksi brand book tentang Kampoeng Heritage Retropolitan Kajoetangan.
Sementara itu, Perwakilan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampoeng Heritage Kajoetangan, Mila mengapresiasi, sumbangsih yang telah dilakukan. Salah satunya memunculkan branding retropolitan di kampung kayutangan.
“Semoga ini membawa keberkahan dan secara bertahap hal-hal yang sudah dicanangkan di destination branding ini berjalan dengan baik,” harapnya.
Diakuinya, bagi masyarakat Malang asli, mungkin kampung Kayutangan Heritage dipandang biasa seperti kampung-kampung lainnya. Namun, ketika keunikan kampung Kayutangan Heritage dikemas dalam paket wisata, mampu menghipnotis pengunjung dari luar Malang.
“Untuk menemukan sisi lain, kita kemas dengan paket wisata. Kita bisa mengajak tamu berinteraksi dengan warga pemilik rumah setempat, ada pula show kuliner khas setempat dan lainnya. Jadi akan lebih menarik dengan segudang keunikannya,” tandas Mila. (rhd)
Baca juga:
- Seluruh Jemaah Haji Indonesia Tiba di Makkah, Siap Jalani Wakuf di Arafah
- Satu WNI Meninggal di Gurun Makkah, Dua Lainnya Diselamatkan Usai Coba Masuk Secara Ilegal
- 541 Atlet KONI Kota Batu Lolos Mengikuti Porprov IX Jatim 2025
- KONI Batu Bakar Semangat Tanding Atlet Lewat Character Building
- Pemkot Malang Tak Kuasa Hadapi Alih Fungsi Lahan Pertanian Terdesak Perumahan