Hycpo, Pendingin Ikan Bertenaga Surya dan Air

Kedua mahasiswa penemu Hycpo. (rhd)

Kota Malang, SERU – Memanfaatkan energi matahari dan air, dua orang mahasiswa Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, berhasil mengembangkan inovasi Hybride Cooler Portable (Hycpo) rancang bangun pendingin sebagai tempat penyimpanan ikan hasil tangkapan nelayan pengganti es batu.

Adalah Cahyo Edi Wicaksono dan Ariq Alif Ummam, keduanya mahasiswa semester 5 S1 -Teknik Elektro ITN. Latar belakang keduanya, lantaran melihat berbagai permasalahan yang kerap dialami para nelayan, khususnya terkait penyimpanan ikan di dalam mesin pendingin. “Selama ini masih banyak nelayan menggunakan pendingin konvensional dengan sumber tenaga genset. Padahal genset sebenarnya kurang ramah lingkungan, boros bahan bakar dan juga biaya perawatannya sangat mahal,” seru Cahyo, diamini Ariq.

Baca Lainnya

Disisi lain, lanjut Cahyo, ada juga nelayan yang  menggunakan pendingin seadanya dengan memanfaatkan sterofoam dan es batu, sehingga suhu di dalam pendingin ikan tidak bisa bertahan lama, karena es batu mudah mencair terkena terik dan cuaca panas di tengah laut. Menyadari hal ini, mereka berdua mencoba mencari solusi.

Dimulai dengan penggunaan energi terbarukan yang mengusung konsep zero emision agar tidak menghasilkan emisi sama sekali. “Kita melihat Indonesia memiliki potensi Sumber Daya Alam (SDA) sangat besar dari panas matahari maupun air laut. Kita juga ingin menemukan pembangkit energi terbarukan. Akhirnya, terciptalah Hycpo untuk membantu nelayan,” ungkap Cahyo.

Atas temuannya, keduanya meraih juara pertama Chemication 2019. (ist)

Disebutkan Cahyo, Hycpo menggunakan dua sumber energi baru dan terbarukan, berupa energi panas matahari dan air, yang langsung masuk ke dalam baterai. Dimana dikontrol dalam pengecasan menggunakan komponen mosfet dan aki melalui dua relay, dengan satu sistem kontrol Arduino. “Untuk pengecasan aki pada relay yang pertama, berfungsi untuk menghubungkan antara sumber ke aki. Sedangkan sumber kedua antara aki ke beban. Ketika kapal bergerak, maka turbin akan berputar. Dari sini akan didapatkan energi dari air,” sebutnya.

Menurut Ariq, Hycpo menggunakan tiga beban, yakni pendingin, lampu penerangan dan lampu ketika kulkas dibuka layak umumnya kulkas. Pendingin ikan Hycpo sengaja dirancang hemat daya dengan menambahkan kontrol suhu. Dimana ketika pada suhu tertentu, misalnya 5 derajat celcius, maka otomatis mesin pendingin akan mati. Mesin Hycpo akan hidup lagi pada saat suhu naik lebih dari 10 derajat celcius. “Saat ini Hycpo masih berupa prototype yang bisa menampung ikan sarden 4-5 kilogram, masih bisa diperbesar lagi. Untuk pengembangan selanjutnya adalah bahan dari pendingin agar bisa menahan suhu dalam jangka waktu lama, sehingga penghematan energi bisa semakin besar,” beber Ariq.

Berkat inovasi Hycpo ini, mereka berdua berhasil memperoleh juara 1 dalam ajang Chemication 2019 yang diselenggarakan di Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran.

Disinggung proses dan biaya pembuatan, dijelaskan Ariq, proses pembuatan Hycpo memakan waktu dua minggu dengan menghabiskan biaya Rp 1,9 juta. “Total pembiayaan dihitung kotor bisa sampai 1,9 juta, karena kemarin masih banyak terjadi kesalahan. Kalau dihitung bersih sekitar Rp 1,3 -1,4 juta,” tandasnya. (rhd)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *