BORTIKS, Pendeteksi Kandungan Pengawet dan Kehalalan Makanan

Desain alat dan pengujian sampel kalibrasi Bortiks. (ist) - BORTIKS, Pendeteksi Kandungan Pengawet dan Kehalalan Makanan
Desain alat dan pengujian sampel kalibrasi Bortiks. (ist)

Malang, SERU.co.id – Meski masa pandemi, tak mengurungkan semangat mahasiswa Politeknik Negeri Malang (Polinema) untuk terus berinovasi dan berprestasi. Tim mahasiswa Polinema ini sukses menciptakan BORTIKS, yakni inovasi teknologi pendeteksi babi, boraks, formalin dan pewarna tekstil pada makanan.

Ketua Tim Bortiks, Nita Uswatun Chasanah Fauziah mengatakan, inovasi ini dilatarbelakangi oleh pandemi Covid-19. Perbaikan ekonomi di masa pandemi menyebabkan persaingan pasar meningkat. Hingga cara curang pun diterapkan demi mendapatkan keuntungan.

Bacaan Lainnya

“Penjual makanan tak ingin dirugikan oleh kerusakan produk. Sehingga penggunaan pengawet berbahaya seperti boraks dan formalin menjadi alternatif pilihan. Hal ini memicu potensi adanya kecurangan penjualan makanan, dan tentu saja merugikan pembeli,” seru Nita.

Tim mahasiswa Bortiks Polinema ini beranggotakan mahasiswa lintas prodi. Di antaranya Nita Uswatun Chasanah Fauziah (Prodi D-III Teknik Kimia), Putra Muara Siregar (prodi D-III Teknik Kimia), Pranda Prasetyo (Prodi D-IV Teknik Elektronika), dan Adian Ilham Ramadhan (Prodi D3 Teknik Telekomunikasi). Dengan dosen pembimbing Christyfani Sindhuwati, ST, MT.

Disebutkan Nita, perumusan hingga penemuan inovasi ini dilaksanakan selama bulan Mei sampai September 2021. Inovasi ini bagian Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Karsa Cipta, sekaligus untuk menunjang pengembangan halal tourism di Pulau Bali.

Bortiks memiliki banyak manfaat bagi berbagai pihak. Bagi akademik, Bortiks memberikan inovasi baru dalam pembuatan alat uji tes kehalalan makanan yang sehat.

Sementara bagi pemerintah, inovasi ini menambah ide dan solusi dalam membangun halal tourism. Serta mengatasi penyebaran makanan mengandung babi, boraks, formalin, dan pewarna tekstil.

“Bortiks juga membantu masyarakat untuk menghindari makanan yang haram dan berbahaya,” imbuhnya.

Tim Bortiks mahasiswa Polinema. (ist)

Indonesia memiliki potensi pengembangan halal tourism dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Namun, pengembangan di daerah wisata minoritas muslim pun bisa dikembangkan. Seperti pengembangan di Pulau Bali, yang memiliki wisata alam lebih dari 38 destinasi wisata.

“Bertempat di ruang laboratorium kimia dasar dan analisa instrumental, Gedung AQ. Kami melakukan desain dan pembuatan alat dengan menerapkan prokes. Kami juga berdiskusi secara daring,” urai Nita.

Sementara itu, Christyfani Sindhuwati mengatakan, PKM adalah salah satu kegiatan tahunan yang ditunggu mahasiswa. Sekaligus media belajar untuk  mengaplikasikan hardskill dan softskill yang dimiliki mahasiswa. Mahasiswa Polinema pun berlomba-lomba menunjukkan kemampuan diri mereka.

“Saya berharap tim ini dapat memberikan performa terbaik. Sehingga inovasi Bortiks dapat memberikan manfaat besar bagi masyarakat,” tandasnya. (rhd)


Baca juga:

Pos terkait