Kota Malang, SERU
Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi bencana alam tinggi, salah satunya bencana erupsi gunung berapi. Selain kerugian materil, dampak bencana juga memiliki potensi konflik manusia dan fauna, terutama yang turun dari gunung dan memasuki pemukiman warga di berbagai wilayah di Indonesia.
“Masuknya ular ke pemukiman warga sebagai dampak dari bencana, tentunya mendatangkan reaksi yang negatif. Potensi paling fatal adalah terkena gigitan ular,” seru Febrianto, Muscle Senior dari Yayasan Sioux Indonesia, saat memaparkan materi kegiatan Snake Handling Training dan Basic Training Muscle, di Gedung B Fakultas Kedokteran Hewan Univesitas Brawjiaya, Sabtu (21/9/2019).
Selain itu, perubahan iklim dunia juga berdampak pada iklim Indonesia yang semakin tidak menentu. “Beberapa kasus seperti tingginya curah hujan yang menyebabkan banjir dan luapan air di beberapa wilayah di Indonesia, memungkinkan masuknya ular ke pemukiman warga, baik ular yang memiliki jenis tidak berbisa seperti ular piton dan berbisa seperti ular kobra,” tambah Febrianto.

Dalam rangkaian acara Dies Natalis Ke 11 Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya (FKH UB) ini, FKH UB bersinergi dengan Yayasan Sioux Ular Indonesia. Diharapkan nantinya, sekitar 49 peserta dari para relawan dan masyarakat umum ini, dapat mempelajari teknis dalam menangani ular. Khususnya ular yang memasuki kawasan pemukiman, dampak dari bencana.
Bentuk kegiatan ini, di antaranya Pengenalan Aspek Biologi Ular, Teknik Identifikasi Ular, Teknik Penanganan Gigitan Ular, Teknik Menangani Ular; Pengenalan dan Latihan Herping, Sweeping, dan Rescue Ular. “Dengan kolaborasi antar lembaga ini, dapat meningkatkan peran kedua belah pihak untuk menjawab kebutuhan akan penanganan ular yang semakin banyak di masyarakat,” ungkap Ketua Dies Natalis Ke-11 FKH UB, drh. Ahmad Fauzi, M.Sc, dalam sambutan pembukaan. (rhd)