Malang, SERU.co.id – Mengakhiri tahun 2020, Universitas Brawijaya (UB) kembali mengukuhkan dua Profesor baru, di Gedung Widyaloka UB, Selasa (29/12/2020). Adalah Prof Dr Drs Kusdi, DEA, sebagai Profesor dalam bidang Ilmu Organisasi dan Sumber Daya Manusia di Fakultas Ilmu Administrasi (FIA). Dan Prof Dr Ir As’ad Munawir, MT, sebagai Profesor bidang Ilmu Geoteknik di Fakultas Teknik (FT).
Prof Dr Drs Kusdi, DEA, merupakan profesor aktif ke-13 di FIA dan ke-190 di UB, atau profesor ke-273 yang dihasilkan UB. Sedangkan Prof Dr Ir As’ad Munawir, MT, merupakan profesor aktif ke-12 di FT dan ke-191 di UB, atau profesor ke-274 dari seluruh profesor yang dihasilkan UB.
Dalam pidato pengukuhannya, Prof Dr Drs Kusdi, DEA mengusung tajuk “Rancangan Organisasi Sarang Laba-Laba dan Sumber Daya Manusia Untuk Industri 4.0.” Menurutnya, teori organisasi mengalami pergeseran dari perspektif modern ke postmodern, dari organisasi sistem tertutup ke sistem terbuka, dan dari organisasi dipandang sebagai mesin menjadi organisasi yang diibaratkan makhluk hidup dan kolase.
“Hubungan organisasi – lingkungan dapat dijelaskan dengan teori kontingensi dan teori ketergantungan sumber daya (resource dependency theory),” ungkap Prof Kusdi, sapaan pria kelahiran Magetan ini.
Perubahan lingkungan secara radikal menuntut perusahaan untuk menjadi lebih ramping (lean) dan juga harus lincah (agile). Rancangan struktur lincah adalah struktur yang cenderung mendatar (level/jenjang sedikit), peran karyawan sebagai pekerja bergeser menjadi operator dengan jumlah semakin sedikit, penggunaan mitra semakin luas, dan integrasi vertikal di internal perusahaan dan horizontal intra dan antar perusahaan.
“Rancangan organisasi ini digambarkan seperti Sarang Laba-Laba. SDM struktur itu adalah tenaga terampil dan berpengetahuan luas. Dituntut terus-menerus memperbarui, meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Semacam outsourcing, dimana karyawan perusahaan mitra lebih banyak dibandingkan karyawan perusahaan prinsipal,” terang Prof Kusdi.
Menurutnya, struktur sarang laba-laba pada transformasi struktural ini telah diterapkan pada Grab, Gojek, Tokopedia, Shopee, dan industri 4.0 lainnya. Dimana karyawan merupakan mitra kerja. Bahkan dalam kondisi pandemi, struktur ini juga diterapkan pada industri hospitality.
“Maka dari itu, para pelaku usaha harus tetap memperhatikan dan mempertimbangkan aspek struktural, terutama dalam menyikapi hadirnya industri 4.0. Pabrik cerdas (smart factory) yang sarat dengan teknologi informasi dan komunikasi, teknologi cetak 3D, dan otomatisasi produksi dengan robot yang memerlukan struktur berbeda dibandingkan era sebelumnya,” tandas alumni program S2 dan S3 Manajemen di IAE Universite De Nice Sophia Antipolis.
Sementara itu, Prof Dr Ir As’ad Munawir MT, mengusung pidato pengukuhan bertajuk “Mitigasi Bencana Longsor Menggunakan Bahan Bambu Untuk Tiang Komposit Sebagai Solusi Inovatif Perkuatan Lereng.” Dalam menanggulangi longsor pada lereng, berbagai metode mitigasi diterapkan untuk mencegah dan menghindari bencana tanah longsor.
“Secara umum, metode yang dapat dipilih adalah penggunaan metode cut and fill, removal and recompaction tanah lereng, pemasangan walls/retained structure, atau penggunaan bahan perkuatan geosintetik,” ungkap Prof As’ad.
Pemilihan metode yang digunakan tergantung permasalahan yang dihadapi, faktor-faktor penyebab kelongsoran, serta kondisi dan ketersediaan material. Salah satu metode alternatif inovatif adalah memancangkan tiang komposit dengan tulangan bambu pada puncak lereng atau pada lerengnya.
“Penanaman bibit melalui saluran kecil. Semakin dalam semakin bagus. Sehingga akarnya semakin kuat meski belum tumbuh ke permukaan. Dampaknya, struktur tanah terikat oleh akar-akar tersebut dapat meminimalisir potensi longsor,” imbuh Prof As’ad.
Keunggulan bahan bambu bersifat natural dan proteksi dari material beton yang memiliki durabilitas tinggi. Tiang komposit beton dengan perkuatan bilah bambu ini dapat memenuhi ekspektasi yang diharapkan, yaitu meningkatkan stabilitas lereng dan mengurangi potensi terjadinya kegagalan lereng.
“Kesimpulan yang didapatkan, bahan bambu sebagai elemen pada tiang komposit perkuatan pada lereng secara optimal dapat digunakan untuk mencegah dan menghambat terjadinya longsor pada lereng,” tandas pria kelahiran Sidoarjo 1959 ini.
Dalam penerapannya, perlu mempertimbangkan faktor reduksi tekanan tanah lateral pada tiang serta posisi penempatannya. Posisi tengah hingga di dekat puncak lereng merupakan lokasi yang paling sesuai untuk penempatan tiang komposit beton bertulangan bambu tersebut. (rhd)