Pasuruan, SERU.co.id – Carut marut permasalahan nasional yang terjadi akhir-akhir ini, terkait deradikalisasi dan intoleran kian hari semakin membuat jengah di masyarakat. Tak terkecuali di wilayah Pasuruan, ini mencuat lantaran adanya 3 warga Kabupaten Pasuruan yang tertangkap pihak berwajib akibat postingan di dunia maya, yakni melakukan pengancaman terhadap pejabat tinggi negara.
Hal ini membuat sejumlah aktivis (LSM) di Pasuruan diantaranya Totok Abdurahnam, Ketua Pasdewa, Lujeng Sudarto, Direktur Pusaka, Sugito Garda Pantura dan Musa Abidin, Ketua Sayap Rakyat membuat forum diskusi kecil di Taman Dayu Pandaan, Senin (21/12/2020) sebagai cikal bakal gerakan tolak paham deradikalisasi dan intoleran di Kabupaten Pasuruan.
Lujeng Sudarto, Direktur LSM Pusaka Pasuruan menyampaikan, gerakan deradikalisasi dan intoleran atas nama agama telah mengganggu kehidupan bermasyarakat, tak terkecuali di Pasuruan.
“Sebagai anak bangsa yang masih mempunyai jiwa nasionalisme dan pewaris negeri. Secara otomatis kami terusik dengan ini semua, untuk itu dalam waktu dekat ini kami sepakat akan meminta pihak Kepolisian utamanya Polres Pasuruan dan DPRD Kabupaten Pasuruan menggelar audensi. Artinya jangan sampai paham deradikalisasi dan intoleransi yang mengatasnamakan agama menguat atau tumbuh subur di wilayah Pasuruan. Perlu diketahui, dari sejumlah informasi serta kasat mata, bahwa di beberapa wilayah di Pasuruan ini sudah menjadi tempat tumbuh kembangnya paham tersebut,” beber Kang Lujeng sapaan akrab Direktur LSM Pusaka-Pasuruan.
Hal senada juga disampaikan oleh Totok Abdurahman, paham deradikalisasi dan intoleransi atau gerakan melawan negara harus segera dinetralisir sedini mungkin, sebelum menjadi besar khususnya di wilayah Pasuruan.
“Saat ini ‘mereka’ (kelompok intoleransi) menurut data yang ada tampaknya sudah tumbuh subur di wilayah Pasuruan. Kami meminta pihak Pemkab Pasuruan, DPRD dan Polres Pasuruan lebih waspada,” pungkas Ketua LSM Pasdewa. (tam/mzm)