Washington, SERU.co.id – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan kesepakatan dagang strategis dengan Indonesia. Amerika Serikat mendapatkan akses penuh di Indonesia sedangkan Indonesia dikenai bea masuk sebesar 19 persen. Kesepakatan ini pun menuai kekhawatiran potensi lonjakan impor barang asal AS dan ruang bagi pelaku usaha lokal menyempit.
Dalam perjanjian tersebut, Trump mengklaim Amerika Serikat mendapatkan akses penuh terhadap pasar dan sumber daya Indonesia tanpa dikenai tarif. Sementara ekspor Indonesia ke AS tetap dikenai bea masuk sebesar 19 persen.
“Indonesia sangat kuat dalam hal tembaga. Tapi kami punya akses penuh ke semua itu. Kami tidak akan membayar tarif apa pun,” seru Trump, dikutip dari CNN, Rabu (16/7/2025).
Trump menyebut, kesepakatan ini sebagai lompatan besar dalam hubungan dagang kedua negara. Ia juga mengungkapkan, sebagai bagian dari perjanjian, Indonesia berkomitmen membeli produk AS senilai lebih dari US$19,5 miliar. Termasuk energi senilai US$15 miliar, produk pertanian senilai US$4,5 miliar dan 50 pesawat jet Boeing.
Presiden Prabowo Subianto menyebut, dirinya baru saja melakukan pembicaraan yang sangat baik dengan Presiden Trump. Pernyataan ini sekaligus mengonfirmasi pengumuman yang dilakukan oleh Trump. Ia juga menyampaikan salam hangat dari Trump untuk rakyat Indonesia
“Kami sepakat untuk membawa hubungan perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat. Menuju era baru yang saling menguntungkan bagi kedua negara kita yang besar,” tulis Prabowo.
Namun, pakar ekonomi Universitas Andalas, Prof. Syafruddin Karimi menyebut, kesepakatan ini justru merugikan Indonesia secara signifikan. Menurutnya, AS memperoleh keuntungan besar dengan bebasnya tarif terhadap ekspor mereka ke Indonesia. Sementara produk Indonesia masih dibatasi dengan bea masuk 19 persen.
“Kesepakatan ini menempatkan Indonesia dalam posisi timpang. Dominasi produk impor AS akan semakin kuat, dan ruang bagi pelaku usaha lokal menyempit. Komitmen pembelian besar dari Indonesia lebih menyerupai beban sepihak daripada hubungan dagang yang adil,” tegas Syafruddin.
Senada, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta W Kamdani meminta, pemerintah mewaspadai potensi lonjakan impor barang asal AS. Terutama komoditas energi dan pertanian seperti kapas, jagung, kedelai dan produk dairy, yang kini dikenakan tarif 0 persen.
“Impor produk-produk tersebut bisa meningkat tajam. Ini berpotensi memicu tekanan besar terhadap industri dalam negeri yang belum sepenuhnya pulih,” ujar Shinta.
Apindo berencana mengkonsolidasikan pelaku usaha ekspor terdampak untuk mengevaluasi ulang sektor-sektor paling terpapar. Shinta juga menyoroti dinamika persaingan kawasan. Mengingat negara-negara pesaing seperti Thailand, Malaysia dan Kamboja masih dalam proses negosiasi dengan AS untuk mendapatkan tarif yang lebih rendah.
Berdasarkan data Departemen Pertanian AS (USDA), ekspor pertanian AS ke Indonesia mencapai US$2,9 miliar pada 2024. Turun 4 persen dari tahun sebelumnya. Namun, dengan kesepakatan baru ini, impor produk pertanian AS diprediksi melonjak hingga 55 persen. (aan/mzm)