Malang, SERU.co.id – Program Mahasiswa Membangun Desa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya (MMD Filkom UB) kembali digelar. Dengan mengusung gagasan inklusif dan berdampak, kegiatan ini menjadi momen pertama MMD Filkom UB melibatkan mahasiswa difabel.
Dekan Filkom UB, Ir Tri Astoto Kurniawan ST MT PhD mengungkapkan, mahasiswa difabel memiliki semangat luar biasa. Ada dua klasifikasi mahasiswa difabel yang terlibat, yaitu mahasiswa tuna rungu dan mahasiswa difabel fisik.
“Saya sudah pesan kepada panitia untuk memilihkan tempat yang cukup kondusif bagi mereka sesuai dengan kondisinya masing-masing. Sehinga kalau ada suatu hal yang membutuhkan evakuasi bisa lebih mudah,” seru Tri, Sabtu (5/7/2025).
Filkom UB juga menyediakan pendamping bagi mahasiswa difabel. Pendamping dari sesama mahasiswa yang selama ini sudah terbiasa mendampingi di kelas dan memiliki pemahaman yang baik tentang disabilitas.
“Kami juga mewanti-wanti, agar setiap kelompok memiliki kepedulian. Saling menjaga kekompakan dan memperhatikan rekannya yang difabel,” ungkapnya.
Dalam pelepasan MMD Filkom UB kali ini, ia menyampaikan banyak hal kepada para mahasiswa. Pria yang baru dilantik menjadi Dekan Filkom UB itu menekankan, mahasiswa harus memiliki kematangan emosi.
“Mahasiswa harus terjun langsung ke lapangan untuk belajar adaptif, tangguh, komunikatif dan kolaboratif. Ini tidak cukup dengan belajar di kelas, perlu belajar secara riil di lapangan dan berusaha menyelesaikan permasalahan di masyarakat,” jelasnya.
Ia menekankan, bukan ukuran IQ yang menentukan kesuksesan, tapi kematangan emosi. Banyak kisah orang hebat, bukan orang-orang yang memiliki IQ tinggi, tetapi mempunyai kematangan emosi.
“Kematangan emosi dibangun dengan memperbanyak interaksi sosial. Mahasiswa harus belajar memahami masyarakat, supaya bisa diterima dan kehadirannya membawa manfaat,” ujarnya.
Tri menjelaskan, melalui kegiatan MMD Filkom UB mahasiswa dilatih memilih dua skill sekaligus, yaitu hard skill dan soft skill. Hard skill berkaitan dengan ilmu yang diintegrasikan dengan kebutuhan masyarakat dan soft skill terkait kemampuan bersosial di tengah masyarakat.
“Sejauh ini saya sudah mengamati proposal yang mereka ajukan. Hal yang menarik, misalnya tentang pengajuan pembuatan aplikasi untuk memudahkan administrasi di desa yang lebih modern dan transparan,” bebernya.
Sementara, Ketua Pelaksana MMD Filkom UB 2025, Hariz Farisi memaparkan, ada 790 mahasiswa yang terlibat. Para mahasiswa itu dibagi ke dalam 57 kelompok.
Baca juga: Peduli Korban Perang, UB Berangkatkan Dua Dokter ke Gaza Serukan Misi Kemanusiaan
“Satu kelompok sekitar 13-14 mahasiswa. Mereka tersebar pada 57 desa yang ada di Kabupaten Malang dan Kabupaten Blitar,” bebernya.
Di Kabupaten Malang, mahasiswa tersebar di 6 kecamatan, antara lain Poncokusumo, Tumpang, Pakis, Jabung, Ngajum dan Sumberpucung. Sedangkan yang di Kabupaten Blitar, tersebar di tiga kecamatan, antara lain Kanigoro, Garum dan Gandusari.
“Ini pertama kalinya MMD diikuti mahasiswa difabel. Keterlibatan mereka menunjukkan fakultas kita mendukung inklusivitas,” tuturnya.
Hariz berharap, dengan menjadi inklusif, akan semakin berdampak nyata bagi masyarakat. Pasalnya, mahasiswa juga dapat menumbuhkan nilai inklusif di tengah masyarakat yang majemuk.
“Saling tolong menolong dan perlu adaptif dengan perangkat desa dan masyarakat. Jadilah keluarga di sana dan pulanglah dengan senang, jangan ada duka maupun permusuhan,” pungkasnya
Hariz memastikan, pihak kampus juga memberikan jaminan bagi mahasiswa selama menjalani kegiatan pengabdian masyarakat. Jaminan itu berupa BPJS dan di setiap kelompok disediakan mahasiswa lokal yang paham bahasa Jawa serta kultur masyarakat. (bas/rhd)