Pertunjukan Wayang Beber Digital Pamungkasi Tasyakuran Penutupan Dies Natalis ke-43 Polinema

Pertunjukan Wayang Beber Digital Pamungkasi Tasyakuran Penutupan Dies Natalis ke-43 Polinema
Pertunjukan Wayang Beber Digital mengakhiri rangkaian Dies Natalis ke-43 Polinema. (rhd)

Malang, SERU.co.id – Pertunjukan wayang beber digital sebagai pamungkas Tasyakuran dan Penutupan Dies Natalis ke-43 Politeknik Negeri Malang (Polinema), di Graha Polinema, Rabu (18/6/2025) malam. Bertemakan ‘Transformasi Polinema Membangun Kemandirian Meraih Keunggulan’, acara dihadiri para mantan Direktur dan pensiunan, mitra dan kolega, serta perwakilan IKA Polinema dan media.

Direktur Polinema, Ir Supriatna Adhisuwignjo ST MT menyampaikan, terkait refleksi perjalanan Polinema serta pemetaan tantangan masa depan. Ia menekankan, peringatan Dies Natalis bukan sekadar seremonial selebrasi, namun momentum evaluasi dan perencanaan strategis.

Bacaan Lainnya

“Dalam Dies Natalis, merupakan momentum refleksi perjalanan maupun rencana masa mendatang. Untuk itu, kita melihat kembali capaian-capaian yang sudah kita raih dan apa saja roadmap perencanaan strategis tranformasi masa depan,” seru Supriatna, Rabu (18/6/2025) malam.

Beragam penghargaan yang diterima oleh Polinema. (rhd)

Supriatna menegaskan, pentingnya kesiapan Polinema dalam menghadapi tantangan yang semakin kompleks di masa depan. Untuk itu, institusinya telah menyusun dokumen Rencana Induk Pengembangan Polinema 2025–2045 sebagai roadmap transformasi.

“Perjalanan panjang dimulai dari refleksi sejak tahun 1982 hingga melangkah ke depan di masa kini. Apa saja tantangan yang berhasil kita lewati, hingga apa saja target mendatang. Dalam wadah yang sama, Polinema berupaya untuk memberikan manfaat dan mewujudkan mimpi bersama,” imbuhnya.

Disebutkannya, tahun 1979 sebagai memontum cikal berdirinya Polinema, dimulai dari Fakultas Non Gelar Teknik Brawijaya. Selanjutnya, Poltek Brawijaya Veteran berpindah ke Polinema Soehat pada tahun 2007. Hingga saat ini Polinema memiliki 3 kampus di luar kampus utama Malang, yakni Pamekasan, Lumajang, Kediri.

Dalam kesempatan itu, Polinema mendapatkan penghargaan bergengsi dari Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (LEPRID). Sebagai Pelopor Pengembangan Media Wisata Digital “Travelinkcenter” untuk promosi pariwisata berbasis project-based learning. Penghargaan inovasi ini merupakan hasil kolaborasi antara Polinema dengan PT. Mitra Transwisata Cendekia – Malang Tourism Center (MTC).

Penyerahan potongan tumpeng kepada mantan Direktur Polinema, pensiunan dan perwakilan IKA. (rhd)

Direktur Polinema mengungkapkan rasa syukurnya atas penghargaan yang diterima institusinya. Ia menekankan, Dengan latar belakang keilmuan berbeda, para mahasiswa diajak bekerja sama dalam satu tim menyelesaikan satu proyek besar. Melalui kolaborasi, mahasiswa mampu menyelesaikan masalah, serta pemahaman lintas disiplin yang sangat dibutuhkan di dunia kerja

“Alhamdulillah, penghargaan ini bentuk nyata implementasi pembelajaran berbasis proyek (project-based learning). Dirancang agar selaras dengan kebutuhan industri saat ini untuk melatih mahasiswa menyelesaikan problematika dunia kerja secara nyata. Dengan melibatkan tim lintas kompetensi dari dua jurusan dan enam program studi,” terangnya.

Sebagai bentuk sinergi antara budaya lokal dan inovasi digital, ditampilkan pertunjukan wayang beber yang dikemas dengan teknologi digital. Pertunjukan ini menjadi simbol dari upaya Polinema menggabungkan nilai-nilai budaya dengan era teknologi informasi.

“Kita mencoba mempertemukan dua sisi antara budaya lokal dan teknologi digital. Melalui pertunjukan wayang beber yang dikolaborasikan dengan multimedia, nilai-nilai pendidikan dan karakter tetap bisa tersampaikan. Dengan cara relevan dan dapat diterima generasi saat ini,” ucap Supriatna.

Senada, CEO & Founder MTC, Sugiyanto menyatakan, program ini dirancang, agar mahasiswa bisa tumbuh dengan seimbang, baik dari sisi softskill maupun hardskill.

“Kami menjembatani kolaborasi antara akademisi dan dunia industri pariwisata. Melalui pendekatan pentahelix, kami menggandeng lima unsur penting: akademisi, pemerintah, industri, komunitas, dan media, untuk menciptakan ekosistem kolaboratif dalam pengembangan pariwisata digital,” jelasnya.

Sementara, Pendiri LEPRID, Paulus Pangka menyampaikan, penghargaan ini diberikan atas inovasi pertama di Indonesia. Dimana menggabungkan teknologi digital pariwisata dengan metode pembelajaran berbasis proyek secara multidisiplin.

“Dari hasil penelusuran kami, model serupa melibatkan mahasiswa lintas kompetensi belum ada di Indonesia. Dimana mahasiswa melakukan kolaborasi lintas sektor untuk promosi pariwisata digital. Karena itu, LEPRID mencatat Polinema dan MTC dalam rekor ke-909 sebagai pionir nasional,” tandas Paulus. (rhd)

Pos terkait