Jemaah Haji Tak Lagi Sekamar Kloter, Ini Alasan Resmi Kemenag!

Jemaah Haji Tak Lagi Sekamar Kloter, Ini Alasan Resmi Kemenag!
Direktur Layanan Haji Luar Negeri Kemenag, Dr. Muchlis Hanafi. (foto:ist)

Makkah, SERU.co.id – Ada yang beda dalam penyelenggaraan haji Indonesia tahun ini! Kementerian Agama (Kemenag) menjelaskan alasan di balik perubahan sistem penempatan jemaah haji di Makkah yang kini tak lagi sepenuhnya berdasarkan kloter alias kelompok terbang.

Hal ini disebabkan oleh penyesuaian terhadap sistem layanan berbasis syarikah yang diterapkan oleh Pemerintah Arab Saudi. Syarikah adalah perusahaan penyedia layanan jemaah di Tanah Suci.

Bacaan Lainnya

Direktur Layanan Haji Luar Negeri Kemenag, Dr. Muchlis Hanafi, mengungkapkan bahwa idealnya satu kloter ditangani oleh satu syarikah, sehingga seluruh jemaah bisa tinggal di hotel yang sama. Tapi realitanya, ada tantangan di lapangan.

“Tahun ini ada delapan syarikah yang melayani jemaah Indonesia. Idealnya satu kloter satu syarikah, tapi di lapangan terjadi pencampuran,” kata Muchlis saat konferensi pers di Kantor Daker Makkah, Minggu (11/5/2025).

Visa Terlambat, Penempatan Jadi Campur

Muchlis menjelaskan, keterlambatan dalam penerbitan visa serta kendala administrasi membuat satu kloter bisa diisi oleh jemaah dari beberapa syarikah berbeda. Akibatnya, saat di Makkah, mereka ditempatkan di hotel yang berbeda-beda, sesuai dengan pengelolaan masing-masing syarikah.

Meski begitu, Kemenag memastikan kualitas layanan tetap sama.

“Tidak ada pengurangan. Penginapan, makan, dan transportasi semua tetap sesuai standar,” tegas Muchlis.

Salah satu alasan utama pemisahan berdasarkan syarikah adalah agar layanan saat puncak ibadah di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) bisa lebih terorganisir. Dengan penanganan langsung oleh masing-masing syarikah, pengelolaan menjadi lebih konsisten dan efisien.

Kabar baiknya, jemaah dengan kebutuhan khusus tetap diprioritaskan. Muchlis memastikan bahwa suami-istri, lansia, dan disabilitas bisa tetap menginap bersama pendampingnya, meskipun berasal dari syarikah berbeda.

“Mereka (syarikah) sangat memperhatikan faktor kemanusiaan. Ini prioritas utama,” ujarnya.

Dengan sistem baru ini, Kemenag berharap ibadah haji tahun 1446 H/2025 M bisa berjalan lebih efisien, tertib, dan memanusiakan jemaah. (*/hum/ono)

Pos terkait