Malang, SERU.co.id – Viral dugaan kasus pelecehan seksual di salah satu rumah sakit swasta di Kota Malang. Persada Hospital Malang membenarkan, dokter terduga pelaku pelecehan merupakan tenaga medis yang bekerja di tempatnya. Kini, dokter tersebut telah dinonaktifkan sementara.
Kepala Bidang Komunikasi dan Informasi Persada Hospital, Sylvia Kitty Simanungkalit menanggapi pemberitaan yang beredar. Ia membenarkan, dokter yang bersangkutan adalah dokter Persada Hospital.
“Saat ini, yang bersangkutan telah dinonaktifkan sementara. Sambil menunggu proses investigasi internal yang sedang berjalan,” seru Sylvia, dalam keterangan resminya kepada SERU.co.id, Rabu (16/4/2025).
Sylvia menegaskan, pihaknya menolak segala bentuk pelanggaran kode etik. Termasuk perbuatan yang terbukti mengarah pada
pelecehan seksual.
“Kami telah membentuk Tim Investigasi Internal untuk menelusuri kasus ini secara menyeluruh. Apabila terbukti, kami akan menindak tegas pelaku sesuai hukum yang berlaku,” tegasnya.
Alumni Magister Manajemen Rumah Sakit UB itu menjelaskan, komitmen Persada Hospital Malang dalam melayani pasien. Komitmen tersebut juga yang mendasari tindakan tegas Persada Hospital dalam menegakkan kode etik bagi tenaga medis.
“Kami tetap berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang professional dan bermutu kepada masyarakat,” ucapnya.
Sebelumnya, viral pengakuan seorang perempuan yang mengaku pernah mengalami pelecehan seksual oleh oknum dokter berinisial YA. Perempuan berinisial QAR itu mengatakan, peristiwa itu terjadi di salah satu rumah sakit swasta di Kota Malang.
QAR membagikan kisah tak mengenakkan melalui postingan Instagram pribadinya. Ia menuturkan, kejadian itu sudah berlangsung lama, tepatnya di bulan September 2022.
“Bismillah, disini aku beraniin buat speak up pengalaman tidak mengenakkan yang terjadi di tahun 2022. Karena ramainya berita kasus dokter-dokter C*BUL yang semakin marak,” tulisnya.
Dalam pengakuannya, QAR menceritakan awal mula kasus saat dirinya mengalami sinusitis dan vertigo berat yang mengharuskannya ke rumah sakit. Saat itu, ia menjalani pemeriksaan seperti biasa hingga seorang dokter umum memintanya mencatat nomor WhatsApp pribadi dengan dalih mengirim hasil rontgen. Setelah itu, sang pasien dipindahkan ke kamar VIP sendirian.
“Aku lupa malam hari atau keesokannya hasil rontgen tersebut keluar dan yang menghubungi ternyata dokternya sendiri. Aku gak mikir aneh-aneh, cuma ya sudah hasil rontgen doang gitu kan,” ujarnya.
Namun, setelah peristiwa itu dokter yang bersangkutan terus mengirimkan pesan WhatsApp meski tidak direspon. Pasalnya, pesan yang dikirim semakin mengarah ke ranah pribadi sebagaimana ditampilkan screenshot isi pesannya.
Dalam tangkapan layar yang dibagikan QAR, tampak dokter terus-menerus mengirimkan pesan WhatsApp. Mulai menanyakan kondisi, menawarkan minuman, hingga mengucapkan selamat istirahat.
Beberapa hari berselang, kondisinya mulai membaik dan ia mengaku sudah mendapat izin pulang dari dokter yang menangani, yakni dr Nadin. Namun, setelah dijenguk sebentar oleh temannya, tiba-tiba dokter YA datang ke kamar rawatnya.
“Tiba-tiba si dokter IGD ini datang dan berkata menjenguk. Tapi dia bawa stetoskop, mohon maaf aku lupa dia masih jam kerja atau sudah selesai,” imbuhnya.
Meski mengatakan dirinya sudah membaik, QAR menuturkan, dokter tersebut tetap memintanya membuka baju pasien model kimono. Ia pun mengikuti arahan dari sang dokter hingga menemukan kejanggalan perilaku.
“Aku mulai nggak nyaman, tapi dokter itu bilang, ‘Sebentar saya lagi cek jantungnya’. Dia pindah lagi ke bagian PD kanan jadi posisi benar-benar terbuka, aku risih dan mulai tutup bajunya,” katanya.
Namun, kejadian tak terduga terjadi saat sang dokter menahannya sejenak sembari mengeluarkan hp dan mengarahkannya ke atas badan pasien. Diutarakannya, sang dokter mengatakan sedang membalas pesan, namun ia yakin, itu hanyalah alasan saat memotret atau merekam video pasien.
Aksi tersebut berakhir saat sang pasien meminta dokter itu keluar, karena ia ingin beristirahat. QAR pun mengaku urung mengakui kejadian tersebut, karena seorang suster mengatakan sosok YA dikenal baik.
“Semoga tidak ada korban selanjutnya. Ini kejadian persis sebelum tragedi Stadion Kanjuruhan. Karena sesudah kejadian, dokter tersebut masih sempat-sempatnya mengajak menonton sepak bola di Kanjuruhan,” tutupnya. (ws13/rhd)