Mal di Malang Sepi, APPBI Sebut Penurunan Daya Beli Bukan Karena Online Shop

Mal di Malang Sepi, APPBI Sebut Penurunan Daya Beli Bukan Karena Online Shop
Kondisi Ramayana Department Store di Mall Alun-alun tampak sepi pasca Lebaran. (ws13)

Malang, SERU.co.id – Banyak mal di Kota Malang terlihat sepi sejak pandemi Covid-19 hingga saat ini. APPBI (Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia) Kota Malang menyebut, penyebab sepinya mal hingga penurunan daya beli bukan karena online shop.

Ketua APPBI Malang, Suwanto mengatakan, kondisi sepinya mal-mal di Kota Malang berawal dari pandemi Covid-19. Bahkan pasca pandemi Covid-19, tingkat kunjungan di pusat perbelanjaan tak sebagus tahun 2019.

Bacaan Lainnya

“Setelah Ramadan 2025, itu ada penurunan sekitar 20 persen. Malah lebih bagus tahun 2022 dan 2023,” seru Suwanto.

Suwanto menjelaskan, pihaknya sudah berkonsultasi dengan surveyor terkait persoalan yang tengah dihadapi. Meski di awal pandemi Covid-19 banyak orang berbelanja hanya melalui online shop, kini kondisinya berbeda.

“Kalau gempuran online shop, saya kira tidak. Memang di awal pandemi begitu, tapi seiring waktu banyak orang kembali ke transaksi offline dan ada yang mulai hybrid,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Suwanto menuturkan, penurunan daya beli ada banyak faktor, baik ekonomi makro dan mikro. Hal itu tidak hanya terjadi di Kota Malang, namun juga di berbagai daerah.

Food Court Mall Dinoyo City (MDC) tampak sepi pengunjung dan sebagian tenant tutup. (ws13)

“Kami sudah tanya kepada surveyor, semua mengatakan terjadi penurunan daya beli di daerah hingga nasional. Kondisinya memang tidak baik-baik saja,” kata Suwanto.

Menghadapi kondisi tersebut, APPBI bekerja sama dengan mal-mal untuk mengadakan event secara serempak. Salah satunya, event dalam rangka menyambut HUT Kota Malang yang bergulir hingga 11 Mei mendatang.

“Pastinya kita adakan kerja sama seperti Malang Vaganza Sale 2025 dengan harapan peningkatan kunjungan akan merata. Selain itu, tidak ada kebijakan khusus dari APPBI, karena sifatnya imbauan,” tuturnya.

Terpisah, sepinya kunjungan di mal diutarakan oleh salah satu pemilik tenant di Mall Dinoyo City (MDC), Agatha Fonsa Chrisfiana. Ia telah memiliki tenant di Food Court MDC sejak awal pembukaan mal.

“Dulu saya membeli tenant berukuran 2×2 meter untuk berjualan Es Durian Pelangi. Tapi sejak pandemi covid-19 tutup, karena mal semakin sepi dan otomatis pemasukan sedikit,” ujar Fonsa, sapaan akrabnya.

Baca juga: APPBI Semarakkan HUT ke-111 Kota Malang, Diskon Hingga 70 Persen

Menurut Fonsa, ada banyak pertimbangan sebelum dirinya memutuskan untuk menutup tenant miliknya. Pertimbangan utamanya, karena biaya operasional yang tidak sebanding dengan pendapatan.

“Setiap bulan kan dikenakan biaya charge, iuran bayar cleaning service, listrik dan pengeluaran lain. Pendapatan tidak nutut sama biaya pengeluaran,” ucapnya.

Setelah memutuskan menutup tenant, kata alumni SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta itu, ia tak terbebani biaya pengeluaran. Ia pun menyerahkan pengelolaan tenant miliknya kepada pihak manajemen MDC dan mempersilahkan apabila ada orang yang ingin membeli tenant miliknya.

“Saat pademi, saya kira pendapatan online lebih baik, karena risiko ruginya bisa diminimalisir. Walaupun sekarang sudah selesai pandemi, saya tidak berencana buka lagi, karena malnya memang sepi,” tutupnya. (ws13/rhd)

Pos terkait