BB TNBTS Buka Suara Terkait Video Viral Aksi Protes Pengusaha Jeep di Bromo 

BB TNBTS Buka Suara Terkait Video Viral AKsi Protes Pengusaha Jeep di Bromo
Aksi protes para pengusaha angkutan jeep di pintu masuk Wisata Gunung Bromo.(ist)

Malang, SERU.co.id Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS), tanggapi video viral di media sosial yang memperlihatkan sekelompok orang, yang diketahui para pengusaha Jeep melakukan protes. Mereka protes karena para wisatawan gagal saksikan sunrise akibat antrean barcode yang panjang.

Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar TNBTS, Septi Eka Wardhani menjelaskan, antrean tersebut terjadi di pintu masuk Bromo dari arah Kabupaten Malang. Penumpukan kendaraan tersebut karena bercampurnya antara  pengunjung yang sudah memesan tiket dan belum miliki tiket online. 

“Situasi yang terjadi pada, 25-26 Januari 2025. tiket sesuai kuota telah terjual habis sebelum tengah malam hari sebelumnya. Namun sejumlah biro perjalanan (kendaraan Jeep) tetap memberangkatkan pengunjung menuju pintu masuk. Hal ini menyebabkan bercampurnya antrean antara pengunjung yang sudah dan belum memiliki tiket online (barcode),” seru Septi, Rabu (29/1/2025). 

Septi menjelaskan, hal tersebut mengakibatkan sirkumsisi pengunjung menjadi tersendat dan membuat panjangnya antrean kendaraan yang mengantar para pengunjung. 

Dirinya menuturkan, dari pantauan pengelola TNBTS, wisatawan ke Bromo yang datang menggunakan kendaraan roda empat Jeep hampir semuanya dikelola oleh agen perjalanan wisata, juga menawarkan jasa pemesanan tiket. 

Baca juga: Peringati Wulan Kapitu 2025, Akses Kendaraan dan Kunjungan Wisata TNBTS Ditutup

“Agen perjalanan wisata tersebut yang termasuk memesankan tiket pengunjung. Baik oleh mereka sendiri, maupun perantara yang stand by di sekitar pintu-pintu masuk kawasan,” terangnya. 

Sehingga, saat pemeriksaan barcode tak jarang ditemukan para pelaku wisatawan sering menggabungkan satu atau lebih pemesanan. Dengan jumlah kendaraan lebih dari lima unit yang mengangkut puluhan orang pengunjung. 

“Kendaraan-kendaraan ini tidak jarang terpisah satu dengan yang lain, sehingga menyulitkan pemeriksaan keabsahan data pengunjung,” ungkap Septi. 

Sedangkan kebijakan yang dikeluarkan pihak BB TNBTS adalah batas pemesanan maksimal pemesanan adalah 12 orang. Dengan pertimbangan jumlah orang tersebut akan berada dalam 2-3 kendaraan, sehingga mudah dilakukan pemeriksaan. 

Baca juga: Survei JWLS, TNBTS: Macan Tutul Masih Ada di Kawasan Gunung Bromo

Selain itu Septi menjelaskan, pihaknya juga melakukan mempertimbangkan terkait kondisi jalan yang sempit di setiap pintu masuk. Sehingga pengunjung ataupun kendaraan yang belum mempunyai tiket akan diminta menunggu di satu jalur. Sampai tiket bisa dibeli ataupun menunggu kuota  yang masih tersedia. 

“Untuk pengunjung yang sudah memiliki tiket bisa melalui jalur di sebelah kanan. Khusus di pintu masuk Jemplang, kendaraan dengan pengunjung belum memiliki tiket akan diminta bergerak ke arah Bantengan (Ranu Pane). Sehingga memberi kesempatan kendaraan pengunjung yang sudah memiliki tiket bisa melanjutkan perjalanan,” terangnya. 

Baca juga: Disiapkan Titik Parkir untuk Pengunjung TNBTS di Momen Nataru Guna Antisipasi Kemacetan

Septi menjelaskan, pengelola memang menambahkan kuota hingga 2 kali, masing-masing sebesar 1.000 pengunjung agar mengurangi kemacetan di pintu masuk. Penambahan-penambahan di luar kapasitas lingkungan ini berakibat penumpukan jumlah kendaraan di kaldera Bromo, yang menyebabkan terjadi kemacetan. Terlebih pada beberapa titik terdapat kendaraan yang mogok karena satu dan lain hal.

Ia menyebut, untuk ke depan, pengelola TNBTS sangat menghimbau agar pelaku wisata mengikuti pengaturan-pengaturan lalu lintas yang telah dilakukan. Hal tersebut dilakukan demi kenyamanan dan keselamatan pengunjung.

“Di masa mendatang, pengelola mempertimbangkan, akan adanya pengaturan jalur jalan yang melintasi kaldera (Jalur Lingkar Kaldera Tengger – JLKT) dan mengkaji alternatif angkutan lain. Yang dapat meningkatkan kenyamanan pengunjung dan menambah kualitas wisata di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru,” terangnya. (wul/ono)

Pos terkait