Malang, SERU.co.id – Pasangan calon (Paslon) nomor 3 Abah Anton-Dimyati Ayatulloh (ABADI) ibarat melempar senjata makan tuan bagi paslon nomor 1 Wahyu Hidayat-Ali Muthohirin (WALI). ABADI menuding, upaya bagi-bagi sembako murah dan uang yang dilakukan WALI menjadi faktor penyumbang terjadinya inflasi jelang Pilkada di Kota Malang. Sehingga, stok bahan pokok di pasaran menipis, membuat harga melambung tinggi dan menyusahkan masyarakat.
Jawaban menohok dilontarkan ABADI saat mendapat pertanyaan dari paslon WALI, terkait bagaimana cara mengendalikan inflasi di Kota Malang. Dalam Debat Publik III Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Malang Tahun 2024 segmen 5 tersebut, Dimyati langsung merespons balik dengan jawaban kritis.
“Kalau biasanya inflasi terjadi menjelang Natal, Tahun Baru, Ramadan dan Idul Fitri, serta Idul Adha. Tahun ini muncul trend baru bahwa inflasi terjadi menjelang Pilkada, sehingga merusak trend tahunan yang seharusnya sama. Pembelian beras dan minyak goreng diborong besar-besaran, membuat masyarakat menderita,” seru Dimyati, menjawab pertanyaan dari Wahyu Hidayat, dalam debat pamungkas Pilkada Kota Malang di Ballroom Hotel Harris, Rabu (20/11/2024) malam.
Menurut Dimyati, dengan aksi borong yang luar biasa, tentunya akan memicu terjadinya inflasi di Kota Malang. Sebagai seorang pemimpin, seharusnya menjaga stabilitas harga di pasar, bukannya turut memicu terjadinya inflasi.
Baca juga: Sahabat Sam Anas Konsolidasi Pemenangan Paslon ABADI
“Ya baru terjadi tahun ini, inflasi terjadi menjelang Pilkada. Pada kondisi seperti ini butuh treatment khusus dari pemerintah, untuk mengendalikan harga,” tegas Dimyati.
Menurutnya, pada momen tahunan Tahun Baru, Ramadan, Idul Fitri, serta Idul Adha, masyarakat cenderung konsumtif, karena telah menerima bonus tahunan dan THR. Tugas TPID mengintervensi dan mengontrol harga bahan pokok adalah hal wajar yang dilakukan pemerintah untuk mengendalikan harga agar tidak naik.
Baca juga: Dapat Dukungan LVRI, Wahyu Hidayat Janji Berikan Perhatian kepada Para Veteran
“Namun yang menjadi masalah adalah saat Pilkada, ada belanja beras dan minyak besar-besaran, siapa yang menyebabkan. Ada belanja sembako ugal-ugalan untuk ditimbun dan dibagikan, justru masyarakat yang dirugikan,” ucap Dimyati, saat doorstop kepada awak media.
Mendapat jawaban tersebut, Wahyu Hidayat langsung mengalihkan, inflasi terjadi karena kemampuan daya beli masyarakat menurun terhadap harga bahan pokok. Tidak ada kaitannya dengan Pilkada.
Baca juga: Tren Elektabilitas Wahyu-Ali Melejit hingga 34,7 Persen
“Tiap minggu kita dipantau oleh Kemendagri, ada standar ideal inflasi, sehingga kita (pemerintah) bisa intervensi harga bahan pokok. Jangan sampai harga bahan pokok menjadi lebih mahal, maka kita intervensi harga jenis bahan pokok tersebut. Melalui TPID, dapat mengontrol inflasi tersebut,” jawab Wahyu.
Di luar forum debat, Wahyu menyangkal, pihaknya melakukan penimbunan sembako. Namun mengakui jika ada bagi-bagi sembako dari para relawan dengan kemasan tebus murah.
Baca juga: Dugaan Ketidaknetralan & Pelanggaran, Massa Mahasiswa Serbu Bawaslu dan KPU Kota Malang
“Oh tidak ada itu (penimbunan sembako). Kalau itu (bagi-bagi sembako) dari relawan dengan tebus murah, bukan gratis,” tandasnya, saat doorstop bersama awak media.
Sebagai informasi, dalam debat pamungkas Debat Publik III Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Malang Tahun 2024. Mengusung tema ‘Peran Pemerintah Kota Malang dalam menyerasikan pembangunan daerah dengan pemerintah provinsi dan pusat dalam rangka memperkokoh nilai-nilai kebangsaan dan NKRI’.
Dengan Sub Tema, di antaranya:
1. Sinergisitas pembangunan Kota Malang, provinsi dan pusat di bidang ekonomi
2. Sinergisitas pembangunan Kota Malang, provinsi dan pusat di bidang lingkungan (perubahan iklim, pemanasan global, daya dukung lingkungan, pencemaran lingkungan)
3. Memperkokoh nilai-nilai kebangsaan dan NKRI antar keragaman budaya
4. Memperkokoh nilai-nilai kebangsaan dan NKRI antar umat beragama
5. Memperkokoh pembangunan berkebudayaan (mempertahankan kesenian dan kearifan lokal)
(rhd)