Cek Fisik ala Skariga, Solusi Kreatif Penerapan Prokes pada Siswa Baru

Pengecekan kesehatan mata dan buta warna. (rhd)

Bacaan Lainnya

Malang, SERU.co.id – Sebagai sekolah vokasi, SMK PGRI 3 (Skariga) Kota Malang selalu berkreasi dalam menghadapi tantangan, khususnya saat pandemi Covid-19. Hal ini sekaligus menjadi tauladan, baik bagi siswa maupun lulusan Skariga, agar bermental juara dalam menghadapi segala rintangan dengan berkreasi menemukan solusi.

Seperti menyiasati cek fisik sebagai salah satu persyaratan Seleksi Siswa Baru (SSB) jalur reguler tahun ajaran 2020/2021, sekaligus syarat dasar agar setelah lulus bisa langsung bekerja. “Selain tes matrikulasi online, cek fisik juga wajib dilakukan sebagai syarat penerimaan siswa baru. Karena jalur reguler ini tidak melihat nilai rapot selama di SMP,” ungkap Adhy Ariyanto ST, MT, Ketua Pelaksana SSB SMK PGRI 3 Kota Malang, kepada SERU.co.id, Selasa (30/9/2020).

Pengecekan ada tidaknya tindik dan tato pada tubuh. (rhd)

Waka Kesiswaan Skariga ini menambahkan, seleksi fisik dilaksanakan selama 4 hari, sejak Senin (29/6/2020) hingga Kamis (2/7/2020). Mengingat masa pandemi Covid-19, Skariga mensiasati protokol kesehatan (prokes) dengan membagi 3 sesi per harinya, 08.00-09.30, 10.00-11.30, dan 12.00-13.30.

“Setiap hari kami bagi 3 sesi, dimana setiap sesi ada 30 calon siswa baru yang terbagi dalam 3 ruangan. Atau 10 orang per ruangan dengan 2 meja cek fisik. Sekitar 10-15 menit per orang per sesi, sehingga tidak ada penumpukan dan aman prokes,” imbuh Adhy, mendampingi Kepala Skariga, M. Lukman Hakim, ST, MM.

Menurutnya, tahapan cek fisik meliputi validasi data, pengecekan buta warna atau tidak, pengecekan lingkar kepala, tinggi badan, berat badan, pengecekan pendengaran, pengecekan mata, dan pengecekan tindik tato. “Bagi calon siswa yang didapati tindik tato, maka dipastikan tidak akan diterima. Sedangkan bagi calon siswa yang buta warna, akan diarahkan mengganti pilihan 4 jurusan yang tak mempersyaratkan buta warna. Seperti teknik pengelasan, teknik permesinan, rekayasa perangkat lunak dan penjualan online,” beber Adhy.

Pengukuran lingkar kepala. (rhd)

Beberapa diantara calon siswa baru dan orang tua ada yang tetap tidak mau pindah jurusan dan bersikukuh memilih jurusan sesuai keinginannya. Maka orangtua disyaratkan menandatangani pernyataan bahwa sekolah tidak mempunyai kewajiban menyalurkan pekerjaan sesuai dengan jurusan yang dipilih. “Kami berikan pengertian, jika tetap kekeh memilih jurusan tersebut, resikonya seperti itu. Karena itu sesuai SOP standar perusahaan pada bidang keahlian tersebut,” tegas Adhy.

Hal yang menarik, sebagian besar penderita buta warna ternyata memiliki gen buta warna yang tak terdeteksi. Namun, bisa muncul lantaran kebiasaan yang salah. Seperti keseringan main game dalam posisi tiduran dan posisi lainnya, sehingga radiasi warna game tidak tertangkap sempurna. “Rata-rata pengakuan mereka seperti itu. Untuk membuktikannya, kami sarankan periksa ke dokter spesialis mata,” tandas Adhy.

Sebagai informasi, kuota jalur reguler hanya 314 kursi dari kuota 900 kursi pada tahun ajaran 2020/2021. Sebab sudah terisi 586 siswa baru dari jalur Dies Natalis dan Penelusuran Potensi Akademik (PPA). Sedangkan hasil pengumuman jalur reguler bisa diakses secara online di masing-masing akun pribadi calon siswa pada tanggal 3 Juli 2020. (rhd)

Pos terkait