Malang, SERU.co.id – Universitas Brawijaya (UB) mengukuhkan empat profesor baru, di Gedung Samantha Krida, Sabtu (16/03/2024). Adalah Prof Dr Drs Kadarisman Hidayat MSi dari Fakultas Ilmu Administrasi (FIA), Prof Dr Uun Yanuhar SPi MSi dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Prof Drs Mohamad Muslikh MSi PhD dari Fakultas MIPA (FMIPA), dan Prof Dr Ir Aminudin Afandhi MS dari Fakultas Pertanian (FP).
Prof Dr Drs Kadarisman Hidayat MSi
Prof Dr Drs Kadarisman Hidayat MSi, dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Ilmu Administrasi Pajak. la merupakan Profesor aktif ke-15 di FIA dan Profesor aktif ke-216 di UB. Serta menjadi Profesor ke-380 dari seluruh Profesor yang telah dihasilkan UB.
la menyampaikan, pidato mengenai pembahasan keterkaitan antara Pajak Berkelanjutan dengan pendekatan pada aspek-aspek Environmental, Social, and Governance (ESG) terhadap penghindaran pajak di Indonesia. Ia menawarkan Sustainability Framework Model sebagai salah satu kerangka mitigasi penghindaran pajak perusahaan melalui aspek berkelanjutan, mencakup lingkungan, sosial, dan tata kelola.
“Keunggulan dari tindakan mitigasi yang telah diterapkan, diharapkan menunjukkan potensi peningkatan kepatuhan perusahaan terhadap kewajiban pajak. Langkah-langkah ini tidak hanya mendukung pendapatan pemerintah melalui pajak, tetapi juga sejalan dengan standar ESG dalam menciptakan lingkungan bisnis yang lebih berkelanjutan,” seru Prof Kadarisman, sapaan akrabnya.
Adapun tantangan yang muncul adalah meningkatkan kepatuhan pajak (tax compliance) dan penegakan aturan hukumnya. Meskipun ada kebijakan pemerintah, utamanya dalam peran ESG.
Menurutnya, Ketidakpatuhan dan kesulitan dalam penegakan hukum dapat mengurangi efektivitas langkah-langkah mitigasi. Dan memungkinkan perusahaan untuk tetap mengadopsi mitigasi penghindaran pajak.
“Ada laporan berkelanjutan yang diakumulasikan dengan laporan keuangan, sehingga laporan pajak dapat dihindari atau diminimalisir. Misal ESG tinggi, maka penghindaran pajaknya rendah,” tandasnya.
Baca juga: Delegasi Shinsu University Kembali Kunjungi UB, Bahas Tindak Lanjut MoU
Prof Dr Uun Yanuhar SPi MSi
Prof Dr Uun Yanuhar SPi MSi, dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Ilmu Bioteknologi Lingkungan Perairan. Ia merupakan Profesor aktif ke-21 di FPIK dan Profesor aktif ke-217 di UB. Serta menjadi Profesor ke381 dari seluruh Profesor yang telah dihasilkan UB.
la membuat inovasi bioteknologi modern dalam pengendalian lingkungan perairan, khususnya infeksi patogen pada ikan, yang diberi nama “Nona Tersipu”. Atau Inovasi Nanovaksin untuk Pengendalian VirusRNA pada Komoditas Ikan Kerapu.
“Kebaruan ‘Nona Tersipu’ adalah menggunakan framen protein spesifik dari mikroalga laut C. vulgaris, dengan sinergis chitosan dan nanopartikel perak. Produk inovasi ini berupa rekombinan PerCp-AgNPs dimanfaatkan untuk mengendalikan penyakit virulogik akibat Virus-RNA pada komoditas kerapu,” ucap Prof Uun, yang telah meneliti ini selama 10 tahun.
Keunggulan nanovaksin ini, selain bersifat biodegradable, biokompatibel, mampu mengikat bahan vaksin dengan baik dan mengantarkan bahan vaksin secara spesifik menuju organ dan sel target dengan cepat.
“Produksinya dapat dilakukan dengan lebih cepat dan efisien, karena starter dapat disimpan dan diperbanyak setiap saat dibutuhkan. Jumlah nanovaksin yang digunakan dalam jumlah yang sangat kecil dibandingkan dengan vaksin konvensional biasa,” imbuhnya.
Kelemahan produk nanovaksin PerCp C-AgNPs adalah membutuhkan teknologi, pengetahuan tinggi dan sarana prasarana yang cukup memadai dalam proses produksinya.
Baca juga: Rektor UB Pamerkan Program MBKM di Universitas Amerika Ras Al Khaimah
Prof Drs Mohamad Muslikh MSi PhD
Prof Drs Mohamad Muslikh MSi PhD, dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Ilmu Analisis dan Geometri. Ia merupakan Profesor aktif ke-28 di Fakultas MIPA dan Profesor aktif ke-218 di UB. Serta menjadi Profesor ke-382 dari seluruh Profesor yang telah dihasilkan UB.
la berhasil memperkenalkan temuan baru eksistensi titik tetap dengan nama model “Teorema Eksistensi Titik Tetap” untuk turunan fungsi. Temuan ini merupakan pengembangan eksistensi titik tetap berbasis fungsi sebelumnya, melalui penggabungan fungsi yang terdiferensialkan dengan turunan fungsinya.
“Kebaruan dan keunggulan temuan ini adalah adanya jaminan eksistensi titik tetap bersama (common fixed point) untuk fungsi dan turunannya. Sehingga titik tetap turunan fungsi dapat diperoleh secara serentak,” ungkap Prof Muslikh, sapaan akrabnya.
Eksistensi titik tetap untuk turunan fungsi menawarkan penyederhanaan analisis kestabilan titik keseimbangan (titik tetap) pada sistem dinamik. Pertukaran ekonomi murni atau model lainnya yang menggunakan kriteria nilai turunan fungsi di titik tersebut.
“Kebermanfaatannya saat ini digunakan sebagai Big Data, sebab percepatannya memudahkan sistem,” timpalnya.
Namun demikian, kelemahan atau kekurangan penemuan ini adalah tidak semua fungsi pembangkit dalam sistem atau model terdiferensialkan. Selain itu, temuan ini masih terbatas hanya untuk fungsi yang terdefinisi pada garis bilangan riil.
Baca juga: OJK-BEI Gandeng FEB UB Edukasi Pasar Modal Terpadu kepada Mahasiswa
Prof Dr Ir Aminudin Afandhi MS
Prof Dr Ir Aminudin Afandhi MS, dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Ilmu Pengendalian Hayati dengan Jamur Patogen Serangga. Ia merupakan Profesor aktif ke-35 di Fakultas Pertanian (FP) dan Profesor aktif ke-219 di UB. Serta menjadi Profesor ke-383 dari seluruh Profesor yang telah dihasilkan UB.
la merumuskan, konsep produksi konidia Jamur Patogen Serangga (JPS) mandiri berkelanjutan (selfsustainability) untuk mengurangi populasi hama secara alami. Sementara Galengan sebagai layanan lingkungan, secara mandiri dan berkelanjutan berpotensi melakukan produksi konidia dan mendukung ledakan JPS di sawah.
“Pendekatan Galengan Semi Alami (GSA) dengan menggunakan JPS dan galengan sebagai sumber daya hayati, alam, dan lokal. Berdasarkan teori dan prinsip ekologi, merupakan inovasi dan harapan baru pada produksi inokulum untuk terjadinya ledakan JPS di sawah,” jelas Prof Aminudin, sapaan akrabnya.
Kelebihan GSA mudah dilakukan petani dengan biaya terjangkau, sehingga mudah untuk diadopsi oleh petani. Namun demikian ada beberapa kekurangan dari pendekatan GSA yaitu masih membutuhkan uji penerapan sebelum disosialisasikan ke masyarakat petani.
“Dengan adanya Rumpi atau rerumputan dan pisang, dapat mendukung populasi JPS lebih tinggi. Meski saat ini tantangannya, banyak cafe berdiri di atas sawah dan mengurangi fungsi sawah itu sendiri,” ucapnya, yang tak mau memperjelas fenomena tersebut. (rhd)