Malang, SERU.co.id – Pemilih muda di wilayah Pulau Jawa lebih mengutamakan loyalitas daripada pertimbangan rasional saat memilih kandidat. Pada Pemilu 2024, generasi muda baik milenial maupun genZ, banyak terpengaruh oleh loyalitas terhadap kandidat. Sementara kualitas dan keunggulan tidak dipertimbangkan secara mendalam.
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya (UB), Maulina Pia Wulandari PhD mengatakan, loyalitas menjadi faktor utama yang memengaruhi niat memilih. Kemudian diikuti persepsi terhadap kualitas kandidat. Namun, popularitas kandidat tidak memiliki pengaruh signifikan.
“Jika Anda telah memiliki loyalitas pada merek tertentu, maka kecil kemungkinan Anda akan mempertimbangkan sisi negatif dari merek tersebut. Sama halnya dengan evaluasi kandidat. Jika loyal pada tokoh tertentu, kita pasti menganggap tokoh tersebut memiliki kualitas dan sesuai dengan keinginan,” seru Pia.
Baca juga: 400 Pemilih Pemula di Batu Terancam Kehilangan Hak Suara, Ini Alasannya
Logika tersebut seringkali tidak mampu membendung emosi dan apa pun keputusan tokoh tersebut akan dikuti begitu saja. Ironisnya, efek loyalitas ini tidak hanya pada kandidat yang berlaga, tetapi juga pada tokoh yang berasosiasi dengan kandidat tersebut.
“Algoritma di media sosial cenderung membatasi akses pemilih muda terhadap informasi yang beragam. Pada akhirnya memengaruhi keterbatasan rasionalitas dalam mengevaluasi kandidat. Sehingga penting bagi pemilih muda untuk mengesampingkan emosi dan mempertimbangkan rasional,” kata Pia.
Baca juga: Dulang Suara dari Generasi Muda, Demokrat Usung Kaum Milenial
Hasil real count sementara dari Komisi Pemilihan Umum (KPU), pasangan Capres dan Cawapres Prabowo–Gibran mengungguli perhitungan suara. Hasil tersebut tidak terlepas dari peran pemilih muda, menyumbang 56,45 persen dari suara pemilih nasional.
“Bahkan, banyak pakar mengatakan Pemilu 2024 menjadi Pemilu-nya anak muda. Kampanye politik menggunakan media digital memiliki dampak signifikan, misalnya kampanye ‘gemoy effect’ oleh tim kampanye Prabowo–Gibran,” terang Pia.
baca juga: Hadiri Talkshow Pemuda, Pj Bupati Bojonegoro Ingatkan Sekarang Eranya Kolaborasi
Sementara itu, Danu Eko Pranoto dalam penelitiannya mengungkapkan, generasi muda perlu menyadari, dengan mengesampingkan emosi saat mengevaluasi kandidat maka dapat menjadi pemilih rasional. Bukan menjadi pemilih muda yang minim logika. Harapannya, dengan pemahaman lebih baik dapat meningkatkan partisipasi dan rasionalitas dalam proses demokrasi. (ws10/rhd)