Malang, SERU.co.id – Sivitas akademika Universitas Brawijaya (UB) menjadi kampus selanjutnya yang mengeluarkan pernyataan sikap mengenai kondisi Indonesia menjelang Pemilu 2024. Namun banyak pihak menganggap pernyataan sikap, pada Selasa (6/2/2024) merupakan tindakan FOMO (Fear Of Missing Out) terhadap kampus lain.
Dalam pernyataannya, Dewan Profesor UB mengaku, pernyataan sikap tersebut telah melewati proses panjang.
Sekretaris Dewan Profesor UB, Prof Sukir Maryanto SSi MSi mengatakan, proses seruan moral sivitas akademik UB sudah direncanakan dan dirumuskan sejak 15 Desember 2023 di Universitas Hasanuddin Makassar.
“Kenapa bisa lama dan kenapa Brawijaya baru hari ini, karena kita berproses untuk institusional dan melibatkan semua stakeholder. Saat rapat guru besar kita juga mengundang presiden EM dan dosen. Tentu itu semua membutuhkan waktu yang tidak singkat,” seru Prof Sukir di hadapan awak media.
Baca juga: Mahfud MD: Kelompok Sambo Seperti Punya Kerajaan di Polri
Sementara itu, Ketua Komite B Dewan Profesor UB, Prof Dr Rahmad Safa’at SH MSi menambahkan, sudah satu minggu para profesor berdebat bersama EM mengenai konsep.
“Kemudian tadi malam kita sepakati konsepnya seperti hari ini. Kita akan lihat bagaimana respon pemerintah, kalau belum ada tanggapan kita akan bertindak. Bisa lewat dialog langsung ke Jakarta atau melalui tulisan,” terang Prof Rahmad.
Pernyataan sikap tersebut juga sudah mendapat izin dari rektor UB setelah dikoordinasikan dengan manajemen dewan profesor.
“Kami melihat oligark, sistem politik ekonomi dalam lima tahun terakhir itu salah. Pemerintah membangun elit pengusaha dan pemerintah untuk menguasai pengambilan keputusan di dewan dan menguasai sumber daya alam. Sehingga orang lain tidak kebagian, para elit tidak lebih dari 100 orang tetapi menguasai 60 persen kekayaan Indonesia,” ujar guru besar bidang Ilmu Hukum tersebut.
Baca juga: 41 Karya Warnai Pameran Novart 2023, Melawan Fomo dengan Lukisan
Begitu juga dengan Ketua Senat Akademik UB, Prof Dr Ir Nuhfil Hanani AR menuturkan, banyaknya hoaks dan sikap saling curiga telah membuat caci maki terjadi di semua lapisan masyarakat. Untuk itu, pernyataan sikap dari sivitas akademik UB dilakukan guna menjaga kondusifitas menjelang Pemilu 2024.
“Himbauan kepada pemerintah yang sudah disampaikan tadi tidak terfokus hanya pada presiden. Tetapi kepada semua pemerintahan, baik pemerintah Dldaerah dari kecamatan sampai Desa hingga DPRD semuanya,” tutup mantan rektor UB tersebut. (ws10/mzm)