Malang, SERU.co.id – Seorang ayah, Siswanto (52), warga Desa Clumprit, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang ditemukan meninggal dunia di kamarnya. Pria yang dikenal sebagai pribadi yang pendiam tersebut, diduga sudah meninggal sejak 2-3 tiga hari sebelum ditemukan, Sabtu (28/10/2023) sekitar pukul 20.30 WIB.
Kapolsek Pagelaran, AKP Totok Suprapto membenarkan, jika pihaknya mendapatkan laporan dari perangkat desa terkait penemuan warganya yang sudah meninggal beberapa hari. Korban pertama kali ditemukan oleh salah satu putrinya yang tinggal serumah dengannya.
“Anaknya terutama itu menemukan kondisi bapaknya yang meninggal di kamar,” seru Totok, saat dikonfirmasi, Minggu (29/10/2023) siang.
Baca juga: Kronologi Perundungan yang Terjadi di Ponpes Bululawang
Totok menerangkan, korban tinggal di kediamannya bersama dua orang putrinya. Dimana dari penuturan keluarganya, istri korban atau orangtua dari anak-anaknya tengah merantau keluar negeri.
Totok menuturkan, korban sudah tidak terlihat sejak dua hari belakangan. Dan dicari kemana-mana oleh putri-putrinya juga tidak kunjung ketemu. Namun kondisi kamarnya dalam keadaan terkunci.
“Sebelumnya kamar bapak ini terkunci gitu lo. Kamar bapak terkunci, dicari-cari tidak ada,” terangnya.
Namun, beberapa hari kemudian penghuni rumah tersebut mencium bau yang tidak sedap. Saat dicari, sumber bau itu berasal dari kamar korban. Karena susah untuk dibuka, kedua putri korban meminta tolong kepada para tetangga untuk mendobrak kamar ayahnya itu.
“Mungkin ada bau atau apa kan, akhirnya sekitar 20.30 WIB warga mendobrak pintu kamar. Dan dijumpai bapaknya sudah kondisi meninggal,” terangnya.
Baca juga: Ditinggal Keluarga Umroh, Seorang Pemuda Tewas Gantung Diri di Gudang Rumahnya
Saat pertama kali ditemukan, kondisi mayat sudah mulai mengalami lebam-lebam seperti pembusukan. Dari hasil visum luar yang dilakukan petugas kesehatan Puskesmas Pagelaran, tidak ditemukan tanda-tanda adanya luka karena penganiayaan.
“Prediksi memang antara 2-3 hari, 3 hari lah dari sekarang itu. Sedikit-sedikit ada lebam-lebam (tubuh korban) begitu,” terangnya.
Dikatakan oleh Totok, dari hasil pemeriksaan kepada anak-anak korban, ayahnya merupakan orang yang tertutup dan pendiam semasa hidupnya. Sehingga kedua putrinya tidak tahu penyakit yang diderita ayahnya hingga meninggal dunia.
Totok mengatakan, pihak keluarga menolak adanya upaya autopsi lanjutan kepada korban dan mengikhlaskan kepergian korban sebagai takdir. Sehingga penyebab pasti kematian dari korban hingga saat ini tidak diketahui.
“Tidak berkenan (autopsi), sehingga ya kita kembalikan, karena tidak berkenan dilakukan untuk autopsi,” tuturnya. (wul/mzm)