Malang, SERU.co.id – Universitas Brawijaya (UB) kembali mengukuhkan dua profesor baru. Yakni Prof Dr Ir Osfar Sjofjan MSc dari Fakultas Peternakan (Fapet) dan Prof Dr drg Muhamad Chair Effendi SU SpKGA dari Fakultas Kedokteran Gigi (FKG).
Prof. Osfar merupakan profesor aktif ke-16 di Fapet dan profesor aktif ke-173 di UB, sekaligus profesor ke-326 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan UB. Prof Osfar dikukuhkan sebagai guru besar bidang ilmu nutrisi ternak ayam petelur pada Fakultas Peternakan.
Sedangkan Prof. Chair merupakan profesor NIDK pertama di FKG, sekaligus profesor ke-327 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan UB.
Prof Chair dikukuhkan sebagai guru besar bidang ilmu kedokteran gigi anak pada Fakultas Kedokteran Gigi.
Prof Osfar Sjofjan menyampaikan, pidato pengukuhan berjudul “Bioteknologi Probiotik Tepung sebagai Aditif Pakan dalam Meningkatkan Produksi Ayam Petelur”.
Menurutnya, penggunaan antibiotik sebagai aditif pakan sudah dilarang di dunia termasuk di Indonesia, sehingga pengganti antiobotik adalah probiotik.
“Probiotik adalah pakan tambahan yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan ternak. Meningkatkan efisiensi pakan, produksi telur, dan menurunkan kadar kolesterol telur serta kolesterol serum,” seru Prof Osfar, sapaan akrabnya.
Selain itu, probiotik juga mampu menghambat produksi amonia, sehingga dapat menguntungkan bagi kesehatan ternak dan meningkatkan pertumbuhan. Probiotik sebagai aditif pakan ayam petelur yang beredar saat ini banyak dalam bentuk cair.
“Probiotik cair ini banyak kelemahan dan kerugian, seperti mudah rusak, mudah terkontaminasi, sulit dalam kemasan, sulit dalam transportasi, mudah terfermentasi. Serta sulit mencampur dalam pakan serta dapat menimbulkan jamur dalam pakan,” terang pria yang pernah masuk dalam kontestasi Pemilihan Rektor (Pilrek) UB tahun 2018.
Disebutkannya, bioteknologi probiotik bentuk tepung dengan proses kombinasi enkapsulasi menghasilkan probiotik yang lebih efektif dan efiesien, serta berkesinambungan sebagai aditif pakan ayam petelur. Probiotik tidak menghasilkan dan menimbulkan efek negatif, serta tidak menyebarkan resistensi mikroba, menawarkan potensi besar untuk menjadi alternatif antibiotik.
“Probiotik merupakan aspek penting dari penelitian pengembangan aditif pakan dan sebagai pengganti antibiotik, serta sebagai agen kemoterapi untuk pemacu pertumbuhan, meningkatkan produktivitas. Sehingga kualitas produksi telur dan meningkatkan kesehatan ternak ayam petelur, serta menjadi peternakan ramah lingkungan dengan berkurangnya polusi bau dan lalat,” tandasnya.
Sementara itu, Prof Muhamad Chair Effendi menyampaikan, pidato pengukuhan berjudul “Biokomposit Nanopartikel Zinc Oxide/Propolis (nZno/Propolis) sebagai Liner untuk Perlindungan Pulpa Gigi Anak”. Dokter gigi anak ini telah melalui perjalanan panjang selama 14 tahun dalam menempuh guru besarnya.
“Salah satu penyakit gigi yang paling sering dialami anak adalah karies gigi, bahkan sangat tinggi hingga 93 persen dari semua anak. Sekaligus masalah kesehatan gigi paling umum menurut Global Burden of Disease (2019),” terang Prof Chair.
Menurutnya, karies gigi pada anak tidak hanya berdampak buruk pada kesehatan oral, tetapi juga dapat membawa implikasi serius pada aspek kesehatan yang lebih kompleks. Misalnya stunting atau gangguan pertumbuhan kronis pada anak. Pada saat yang bersamaan, stunting dapat menurunkan sekresi saliva, meningkatkan resiko karies dan dapat menunda erupsi gigi permanen.
“Pada kasus karies dentin dalam, penggunaan liner adalah solusi terbaik untuk melindungi pulpa gigi dari infeksi bakteri,” imbuhnya.
Disebutkannya, beberapa macam liner yang banyak diaplikasikan di bidang kedokteran gigi anak ialah calcium hydroxide, mineral trioxide aggregate, resin-modified glass ionomers, dan ZnO eugenol.
“Dari material-material tersebut, ZnO eugenol dipandang sebagai liner yang paling unggul. Akan tetapi sifat sitotoksik material ini menjadi masalah yang krusial,” tegasnya.
Di samping itu, pengisian ZnO eugenol yang berlebihan dapat mengurangi keberhasilan perawatan gigi. Oleh sebab itu, perlu inovasi untuk menemukan material baru yang lebih baik dalam mengatasi kegagalan perawatan pada pulpa gigi anak.
“Dalam upaya meningkatkan kemampuan antibakteri, nZnO dapat menambahkan bahan antibakteri lain dari bahan alami, yaitu propolis,” ucapnya.
Dijelaskannya, biokomposit nZnO/propolis merupakan campuran nanopartikel ZnO dengan bahan alam propolis, sangat potensial sebagai liner untuk bahan pelindung pulpa pada gigi anak. Khususnya dalam menghambat dan membunuh bakteri Streptococcus mutans dengan komposisi biokomposit nZnO/propolis dengan konsentrasi propolis 12,5% dan ukuran nZnO berkisar antara 30-80 nm.
“Jadi kekuatan biokomposit nZnO/propolis sebagai antibakteri dan mudahnya mendapatkan propolis dari alam. Dapat sekaligus menutupi kekurangan bahan liner ZnO eugenol yang sitotoksis,” tandasnya. (rhd)