Walikota Sutiaji: Jarik Ma’Siti, Wujudkan Pendidikan Setara untuk Anak Istimewa

Rafa, saat berdialog dengan apra panelis. (ist) - Walikota Sutiaji: Jarik Ma'Siti, Wujudkan Pendidikan Setara untuk Anak Istimewa
Rafa, saat berdialog dengan apra panelis. (ist)

Malang, SERU.co.id – Inovasi metode Belajar Menarik Bersama Siswa Istimewa (Jarik Ma’Siti) besutan SMPN 10 Kota Malang akhirnya dipresentasikan di depan jajaran Tim Panel Independen Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) 2023 oleh Wali Kota Malang, Sutiaji.

Sutiaji menganggap, ini tak lepas dari jerih payah dari jerih payah para guru inovator serta Pemkot Malang dalam memberikan pendidikan yang setara, berkeadilan, dan tanpa diskriminasi termasuk bagi siswa istimewa atau berkebutuhan khusus.

Bacaan Lainnya

“Kita adalah ciptaan Tuhan yang luar biasa, sebaik-baiknya ciptaan. Termasuk, jika orang melihat ada anak yang mempunyai kekurangan, tapi justru dibaliknya ini mempunyai keistimewaan yang perlu kita gali bersama,” seru Sutiaji.

Baca juga: Pelajari Cara Menjaga Kerukunan Umat, Sutiaji Sambangi FKUB Kabupaten Belitung

Jarik Ma’Siti sendiri telah terpilih sebagai Top 99 dari total 2.135 inovasi di seluruh Indonesia tahun ini. Saat ini, Jarik Ma’Siti harus melalui tahapan presentasi dan wawancara untuk menuju Top 45 Inovasi Pelayanan Publik 2023.

“Alhamdulillah Jarik Mak Siti ini menjadi solusi, tujuannya mengoptimalkan kemampuan anak istimewa sehingga mampu menampilkan eksistensinya sebagai individu yang cakap dan mandiri,” ujarnya.

Memberikan perlakuan yang sama menjadi keinginan Sutiaji kepada semua kelompok. Keinginan itu turut didukung guru-guru melalui langkah konkrit dengan terciptanya Jarik Ma’Siti.

Baca juga: FORNAS VII, Wali Kota Sutiaji: Tunjukkan Kota Malang Bermental Juara

“Maka perlakuan yang sama kita kedepankan, termasuk dalam pembelajaran. Syukur Alhamdulillah guru-guru kita bisa memahami maksud ini, dan diterjemahkan lewat Jarik Ma’Siti,” imbuhnya.

Tujuan ini tak lepas untuk memberi dukungan untuk tumbuh kembang dari anak-anak istimewa tersebut. Sehingga tidak ada lagi pembatas interaksi sosial antara siswa berkebutuhan khusus dengan siswa reguler. Sehingga terbentuk motivasi bagi anak-anak itu untuk semakin cakap dan eksis di lingkungan yang sama.

“Ketika anak istimewa di sekolah khusus, maka secara psikologis anak dan orang tua akan terpengaruh karena mereka merasa di sekolah yang berbeda dan proses pembelajaran kurang menyenangkan,” tambah Sutiaji.

Baca juga: Sutiaji Dorong Disnaker PM-PTSP Sosialisasikan Kewajiban Laporan LKPM

Sutiaji menjelaskan, ini sejalan dengan visi misi Kota Malang dalam meningkatkan akses dan kualitas pendidikan. Juga dalam  misi mewujudkan kota yang rukun dan toleran berazaskan keberagaman dan keberpihakan terhadap masyarakat rentan.

“Alhamdulillah dari hasil IQ kemarin ada beberapa aspek yang kurang mendukung. Tapi semenjak ada bimbingan dari Jarik Ma’Siti di sekolah kami akhirnya aspek-aspek tersebut lama-lama meningkat dan berhasil terpenuhi,” ungkapnya.

Nampak mendampingi Walikota Sutiaji,  Sekretaris Daerah Kota Malang, Erik Setyo Santoso beserta jajaran Kepala Perangkat Daerah terkait. Termasuk menghadirkan Dra. Kusiyah (guru inovator), guru pengajar, dua siswa yang berhasil berkat metode Jarik Ma’Siti, dan orang tua siswa.

Rafa, siswa yang berhasil dalam metode pembelajaran ini juga menyampaikan hasil dari diterapkannya Jarik Ma’Siti. Usai mengikuti inovasi ini, ia mengaku mengalami peningkatan hasil pembelajaran secara signifikan.

Baca juga: Sikapi Kericuhan di Tlogomas, Sutiaji: Saat Ini Sudah Clear

“Seperti aspek pemahaman pada matematika, aspek kurang percaya diri saat tampil di depan kelas. Nilai saat kelas VII baru masuk itu 80 atau bisa kurang dari 70, setelah bimbingan Jarik Ma’Siti bisa lebih dari 90,” ujar Rafa saat berdialog dengan panelis.

Salah satu panelis, Neneng Meity Goenadi, menyatakan rasa harunya atas pencapaian Rafa hingga sejauh ini. Menurut Meity, hasil inovasi pendidikan seperti masih jarang terjadi.

“Pak Walikota, saya ingin mengucapkan selamat dan terharu banget. Karena saya itu mengimpikan ini terjadi di Indonesia. Karena selama ini hanya terjadi di sekolah swasta dan tidak banyak. Jadi ini keren banget,” jelas Meity.

Sebagai informasi, Jarik Ma’Siti merupakan inovasi metode pembelajaran adaptif bagi siswa istimewa pada sekolah reguler/non inklusi seperti SMPN 10 Kota Malang. Pengembangan inovasi Jarik Ma’ Siti menjadi solusi adanya ketimpangan rasio guru pendamping khusus dengan siswa istimewa yang masuk pada sekolah reguler. Kini, Jarik Ma’Siti telah membantu 570 siswa dalam kurun waktu lima tahun terakhir dan telah direplikasi di 29 SMP di Kota Malang. (jup/mzm)

Pos terkait