Berkat Mesin Sangrai Bantuan PJT I, Kopi Selo Parang Sukses Lewati Pandemi

Siswanto bersama Kopi Selo Parang. (rhd) - Berkat Mesin Sangrai Bantuan PJT I, Kopi Selo Parang Sukses Lewati Pandemi
Siswanto bersama Kopi Selo Parang. (rhd)

Malang, SERU.co.id – Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terbukti tangguh di kala krisis moneter dan pandemi covid-19. Salah satunya dibuktikan oleh Siswanto dan Yetik Ratna Ningsih, pemilik Kopi Selo Parang. Baru berdiri akhir tahun 2019, lantas dijemput paksa oleh pandemi covid-19, namun mampu bertahan melewati pandemi hingga kini.

Ketika usaha lain tiarap bahkan bangkrut terhempas pandemi, Kopi Selo Parang mampu bertahan dan tumbuh berkembang hingga kini. Berkat bantuan mesin sangrai dari Perum Jasa Tirta I tahun 2021, laiknya air di tengah gurun, mampu menghidupkan Kopi Selo Parang. Serta usaha kopi warga Ngantang dan sekitarnya, melalui jasa sangrai yang dikelolanya.

Bacaan Lainnya

“Tahun 2019 itu kami merintis, masih belajaran. Terus tahun 2020 ada pandemi, kami tetap bertahan meskipun hasilnya kecil, sebab tak ada pekerjaan lainnya. Alhamdulillah, tahun 2021 kami dapat bantuan mesin sangrai dari Jasa Tirta I, yang jadi jantungnya usaha kopi ini,” seru Siswanto, didampingi sang istri, Yetik Ratna Ningsih.

Mesin sangrai bantuan Perum Jasa Tirta I. (rhd)

Sebelumnya, Siswanto hanya mengelola perkebunan kopi seluas 2 (dua) hektar di lahan milik Perhutani dengan sistem sewa hingga lebih belasan tahun. Ketika panen, dirinya menjual buah kopi kepada tengkulak, tentunya dengan harga murah.

Pikirannya pun berubah ketika melihat banyaknya usaha kafe yang tumbuh dengan menjual minuman kopi berbagai varian. Apalagi secara ekonomi, hasilnya cukup menjanjikan dibandingkan menjual buah kopi ke tengkulak. Dari hasil panen kopinya, Siswanto mencoba mengolah buah kopi dan menjadikannya bibit kopi berkualitas terbaik.

Diakuinya, proses pengolahan biji kopi hingga menjadi bubuk kopi dilalui dalam berbagai tahapan yang cukup rumit. Seperti sortasi pemilihan buah kopi merah mengambang di air, penjemuran menggunakan UV sampai sangrai matang merata. Melalui beberapa kali uji coba hingga ditemukan cita rasa terbaik yang cocok disajikan untuk penikmat kopi di kafe.

Baca juga: Perum Jasa Tirta I Berangkatkan 350 Pemudik Mudik Gratis Bersama BUMN

“Setelah jadi bubuk kopi, orang-orang banyak yang bilang harganya terlalu mahal. Saya pun tetap bertahan dengan harga tersebut, karena memang pengolahannya dengan cara terbaik dan rumit. Alhamdulillah, akhirnya kami punya pasar tersendiri hingga saat ini, mulai Bali, Probolinggo, Sidoarjo dan lainnya,” jelas bapak satu anak ini bangga.

Dijelaskannya, dari pengolahan biji kopi tersebut, dirinya menetapkan dua kelas pasar. Yakni kelas pasar atas menggunakan kopi kualitas terbaik pertama dan kopi kualitas menengah. Kesemuanya diprioritaskan untuk kalangan pengelola kafe dan penikmat kopi menengah ke atas.

“Kopi kualitas pertama itu masuk kelas atas, dari hasil pengolahan total sekitar 60 persen, sebagian besar masuk kafe-kafe di Bali. Sisanya sekitar 40 persen itu masuk kelas menengah. Kami hanya melayani kawan-kawan kafe, karena produksi kami khususnya Arabica terbatas, lantaran pilihan kopinya memang terbaik dan mahal,” beber produsen kopi bernama Wong Tani Sumber Lancar ini.

Varian produk Kopi Selo Parang. (rhd)

Terkait sertifikat, Kopi Selo Parang mendapatkan   P-IRT pada tahun 2021. Kemudian pada tahun 2022, mendapatkan hak produksi, hak merek dagang dan sertifikat halal. Dan pada tahun 2023 awal, Kopi Selo Parang mulai membuka kafe di teras rumahnya.

“Untuk harga kopi seduh mulai Rp5.000 per cup. Kalau Arabica bisa Rp15.000 per cup,” ucapnya, ditemui di rumah sekaligus kafe yang berada di Jalan Tulungrejo Jabon, RT.17/RW.07, Dusun Gagar, Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang.

Senada, sang istri, Yetik Ratna Ningsih mengaku, dari sisi ekonomi, mesin sangrai lebih memberikan manfaat lebih melalui jasa sangrai dan selep. Dibandingkan omzet penjualan Kopi Selo Parang sendiri.

Wanita yang akrab disapa Yetik ini, mencontohkan pendapatan penjualan kelima varian Kopi Selo Parang pada bulan Mei 2023. Dari penjualan kopi sebanyak 38 kilogram, mereka mendapatkan omzet sekitar Rp4,7 jutaan dengan laba bersih Rp2,3 jutaan.

Baca juga: Optimalkan Bisnis Non SDA, Jasa Tirta I Raih Anugerah BUMN 2023

Sementara, jasa sangrai kopi dari masyarakat sekitar pada bulan Mei 2023, dengan estimasi jasa Rp10.000 per kilogram. Mereka mendapat order jasa sangrai dan selep sebanyak 1,297 ton. Dari jasa tersebut terkumpul omzet Rp12,9 jutaan dengan laba bersih Rp11,5 jutaan.

“Itu ga mesti mas, bisa naik turun tiap bulannya. Yang penting disyukuri saja, barokah, lancar,” ucap ibu dari remaja putri Devistalia (10).

Dari hasil tersebut, keduanya mampu mengangsur bantuan mesin sangrai yang bersifat pinjaman lunak. Hingga berjalan hampir 2 tahun, bantuan pinjaman tersebut kini akhirnya lunas.

Diakuinya, semua proses pengolahan Kopi Selo Parang tidak melibatkan karyawan, hanya dikerjakan oleh pasangan suami istri ini sendiri. Bahkan pemasaran yang digunakan masih terbatas, karena belum sepenuhnya menguasai teknologi.

“Saya sudah bikin Facebook Kopi Selo Parang dan Setel Kendo, serta Instagram @parangkopi sejak lama. Sebagian besar order ya melalui WA 081216787677 ini,” tegasnya.

Milfan Rantawi bercengkerama menikmati Kopi Selo Parang, dilayani oleh pasutri Siswanto dan Yetik Ratna Ningsih. (rhd)

Secara terpisah, Direktur Operasional Perum Jasa Tirta 1, Ir Milfan Rantawi MM mengaku, bangga atas progres perkembangan Kopi Selo Parang. Bantuan mesin sangrai yang diberikan pihaknya beberapa tahun lalu dinilai tepat guna, karena sangat memberikan dampak dan manfaat luar biasa.

“Luar biasa perkembangan Kopi Selo Parang yang telah menggunakan modernisasi, mulai kemasan, teknologi sangrai, dan lainnya untuk naik kelas. Hasil memang tidak pernah mengkhianati proses,” ungkap Milfan bangga.

Pihaknya menilai, bantuan mesin sangrai sangat tepat guna. Selain bermanfaat mempercepat proses pengolahan, meningkatkan kualitas kopi dan efisiensi waktu serta tenaga. Juga meningkatkan perekonomian pelaku usaha kopi, khususnya Kopi Selo Parang dan warga sekitar.

Dirinya berharap, nantinya ada proses teknologi digital dalam melakukan sortasi buah dan bibit kopi, sehingga dapat menggantikan cara manual. Selanjutnya, penggunaan media sosial dan online dalam pemasaran, dengan harapan meluas secara nasional dan mancanegara.

“Ketika konsisten dengan modernisasi, digitalisasi dan online. Maka tak menutup kemungkinan pasarnya lebih luas dari Sabang sampai Merauke, bahkan mancanegara. Karena dari produknya sangat mendukung, selain memiliki keunggulan dan keunikan,” optimisnya.

Baca juga: Sinergi PJT I-Tugu Tirta, Kota Malang Bakal Miliki Air Minum Baku Mandiri

Sebagai BUMN pembina 400 UMKM di Indonesia, Perum Jasa Tirta I menargetkan peningkatan ekonomi dan sosial berbasis UMKM di wilayah kerjanya. Dimana setiap tahun, Jasa Tirta I memberikan bantuan melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) di sektor industri, perdagangan, perkebunan, perikanan, peternakan dan jasa.

Meliputi lima wilayah sungai (WS), yakni WS Toba Asahan (Sumut); WS Jratun Seluna, WS Serayu Bogowonto dan WS Bengawan Solo (Jateng); dan WS Brantas (Jatim).

“Tergantung dari hasil tim survei, apakah cocoknya diberikan bantuan berupa barang atau uang, atau keduanya. Kalau Kopi Selo Parang ini kebutuhannya mesin sangrai, kurang lebih waktu itu senilai Rp7 jutaan,” terangnya.

Pihaknya menargetkan, beberapa UMKM mampu menembus pasar internasional. Untuk itu, proses yang dilalui harus terus naik kelas, agar bisa mengglobal. Salah satunya, mengajak pameran dan memasarkan produk melalui aplikasi Padi UMKM.

“Untuk menuju globalisasi itu prosesnya ga main-main, harus terus naik kelas dan butuh proses waktu. Dan dia (Kopi Selo Parang) ini sudah konsen main di segmen eksklusif kafe, dengan kelas atas dan menengah,” tandasnya.

Varian, ukuran kemasan dan harga Kopi Selo Parang. (rhd)

Asal nama Kopi Selo Parang

Asal nama Kopi Selo Parang diambil dari kata Selo artinya batu, dan Parang artinya cadas atau bisa diartikan senjata tajam sejenis parang.

Terinspirasi dari area perkebunan kopi yang dikelolanya berada di daerah bukit batuan padas. Agar lebih mudah dipahami, Siswanto menggambarkannya di logo Kopi Selo Parang miliknya.

Varian Kopi Selo Parang

Ada 5 jenis Kopi Selo Parang yang dikemas dalam packaging aluminium foil dan siap dipasarkan. Di antaranya:

– Kopi Robusta (chocolate and sweet corn cereal),
– Kopi Robusta Fermentasi (chocolate and sour fruit),
– Kopi Lanang (creamy sugar dark),
– Kopi Arabica (young mango taste), dan
– Kopi Exelca (jackfruit).

Kelima jenis Kopi Selo Parang tesebut, masing-masing dikemas dalam lima ukuran dengan harga bervariasi. Di antaranya:

– Kopi Robusta, kemasan 100 gram (Rp12.000); 150 gram (Rp18.000); 200 gram (Rp24.000); 250 gram (Rp30.000); 500 gram (Rp60.000).

– Kopi Robusta Fermentasi, kemasan 100 gram (Rp15.000); 150 gram (Rp22.500); 200 gram (Rp30.000); 250 gram (Rp37.500); 500 gram (Rp75.000).

– Kopi Lanang, kemasan 100 gram (Rp15.000); 150 gram (Rp22.500); 200 gram (Rp30.000); 250 gram (Rp37.500); 500 gram (Rp75.000).

– Kopi Arabica, kemasan 100 gram (Rp23.000); 150 gram (Rp34.500); 200 gram (Rp46.000); 250 gram (Rp57.500); 500 gram (Rp115.000).

– Kopi Exelca, kemasan 100 gram (Rp15.000); 150 gram (Rp22.500); 200 gram (Rp30.000); 250 gram (Rp37.500); 500 gram (Rp75.000).

Dari kelima jenis Kopi Selo Parang tersebut, Kopi Robusta menjadi favorit pertama. Disusul Kopi Lanang, Kopi Robusta Fermentasi dan Kopi Exelca. Dan dipamungkasi Kopi Arabica.
(rhd)

Pos terkait