Malang, SERU.co.id – Wali Kota Malang, Sutiaji mengajak kolaborasi Politeknik Negeri Malang (Polinema) dalam menggali potensi Batik Saman sebagai salah satu batik khas Kota Malang. Merespon hal ini, Polinema berupaya mengambil peran dari sivitas Polinema dalam memajukan potensi batik di Kota Malang.
“Alhamdulillah, kita berkolaborasi dengan Polinema yang memang punya domain dan komitmen tinggi. Walaupun Polinema (berbasis) teknologi, tidak menutup kemungkinan irisan mana bisa diambil Polinema,” seru Sutiaji.
Wali Kota Malang melanjutkan, upaya penguatan tersebut diharapkan mampu membawa Batik Saman menjadi salah satu identitas Kota Malang. Selain itu, dengan produk lokal tersebut bisa menumbuhkan kebanggaan terhadap Indonesia.
“Tentunya juga hilirisasi, masak pakai batik aja harus ngambil dari luar. Bisa diciptakan dari warga-warga kita sendiri, sehingga penguatan ekonomi hingga tingkat nasional bisa berjalan dengan baik,” tambah pria nomor satu di jajaran Pemkot Malang ini.
Sementara itu, Direktur Polinema, Supriatna Adhisuwignjo ST MT menyampaikan, walau Polinema merupakan perguruan tinggi vokasi, namun akan tetap mengambil peran demi kemajuan Kota Malang. Termasuk keterlibatan Polinema dari hulu hingga hilir, yakni mulai dari tingkat produksi hingga pemasaran.
“Tentunya kami akan mengambil porsi yang bisa dilakukan untuk mendukung pengembangan Batik Saman ini. Hingga benar-benar menjadi batik khasnya Malang,” imbuh Supriatna.
Talkshow ini juga melibatkan arkeolog sekaligus dosen Universitas Negeri Malang (UM), Dwi Cahyono dan Ketua Presidium Dewan Kampung Nuswantara, Bambang GW. Semuanya mengangkat potensi Batik Saman yang digadang-gadang menjadi produk khas dari Kota Malang.
“Nama Saman ini diambil dari nama asal Kampung Samaan, dimana sebagian besar orang meyakini dari sebutan Sema’an (menyimak). Padahal sejatinya itu ya Saman, sebagai bagian cikal bakal atau lahirnya Kota Malang,” jelas Bambang GW.
Disisi lain, secara teknologi, lanjut Bambang, ketika publik mencari di mesin pencarian Google, pemilihan keyword Saman lebih diuntungkan. Lantaran sudah ada nama tari Saman, sehingga akan menambah perbendaharaan kata dan popularitas pada Batik Saman.
“Jadi Batik Saman tidak sama dan beda jauh historinya dengan tari Saman. Namun kita diuntungkan, karena Saman sudah lebih populer dulu,” terangnya.
Harapannya, melalui kerjasama dengan Polinema ini, Batik Saman dapat diproduksi lebih luas. Baik melalui teknologi yang dimilikinya, kemasan, pemasaran dan lainnya. (jup/rhd)