Ibu Kurang Patuh Minum Obat ARV
Surabaya, SERU.co.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya terus berupaya mencegah penularan dan menekan angka kasus HIV di Kota Surabaya, baik HIV yang dialami oleh orang dewasa maupun anak-anak. Bahkan, Dinkes juga sudah melakukan berbagai upaya promotif preventif untuk menekan kasus HIV ini. Berdasarkan data yang dimiliki Dinkes Kota Surabaya, kasus HIV anak di Kota Surabaya sampai dengan tahun 2022 ada 136 orang.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Nanik Sukristina menjelaskan Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Virus HIV ditularkan melalui perilaku berganti-ganti pasangan seksual dan berganti penggunaan jarum suntik yang tidak steril saat memakai narkoba suntik.
“Virus HIV ini tidak hanya menyerang pada orang dewasa, pada anak-anak juga telah ditemukan kasus HIV. Penularan virus HIV yang terjadi pada anak dikarenakan transmisi vertikal yaitu penularan melalui ibunya yang telah terinfeksi virus HIV. Penularan bisa terjadi selama kehamilan, saat persalinan dan ketika menyusui,” kata Nanik seperti dilansir surabaya.go.id, Kamis (23/3/2023).
Berdasarkan data yang dimiliki Dinkes Kota Surabaya, dari 136 orang anak terinveksi HIV, yang tercatat sebagai warga ber-KTP Surabaya 55 kasus, dan KTP non Surabaya sebanyak 81 kasus. Rentang usia anak yang terkena HIV ini sekitar 1-14 tahun.
“Nah, mulai awal tahun hingga Februari 2023 ini, belum ada penemuan dan pelaporan kasus baru HIV anak di Surabaya,” tegasnya.
Baca juga: Kota Malang Tertinggi Kedua HIV/AIDS di Jatim, Ini Solusinya!
Menurutnya, indikasi terjadinya resiko penularan HIV pada anak disebabkan oleh kurangnya kepatuhan minum obat ARV bagi ibu yang telah terinfeksi HIV, dan tidak adanya dukungan dari pasangan atau keluarga.
Oleh karena itu, Dinkes Kota Surabaya telah melakukan upaya penanganan terhadap anak-anak yang telah terinfeksi HIV itu, di antaranya melakukan pemberian pengobatan ARV Gratis, pemeriksaan Early Infant Diagnose bagi bayi usia minimal 6 minggu, pendampingan, konseling dan kunjungan rumah (homecare) untuk memperkuat kondisi psikologis pasien, dan pemberian dukungan PMT Susu untuk mempertahankan kondisi kesehatan dan meningkatkan imunitas.