Vincensius, masih tidak menyangka pertandingan Arema FC bermain di kandang melawan Persebaya Surabaya. Menjadi pertandingan terakhir yang anaknya saksikan.
“Waktu itu Revano berangkat dari rumah bersama temannya yang dari tetangga desa, berangkat tiga anak. Setibanya di Stadion, kabarnya dia bertemu dengan teman-temannya yang dari Kepanjen. Jadi nontonnya ramai-ramai,” jelasnya.
Selama pengalaman dirinya menyaksikan pertandingan secara langsung di Tribun Stadion Kanjuruhan, tribun gate 13 dan 14 adalah tribun yang paling aman untuk menonton.
“Sejak dulu kalau nonton ke Stadion, pasti di tribun 13 atau 14. Tribun situ istilahnya tribun untuk keluarga dan anak-anak, biasanya paling aman. Tapi waktu kejadian justru gas air mata di tembakkan di tribun 13,” keluhnya sembari matanya berkaca-kaca.
Dirinya juga mengingat dengan jelas, kondisi anaknya ketika hendak dimakamkan. Kondisi perut korban terlihat agak mengeras terlihat seperti seseorang yang sedang kesusahan bernafas.
“Anak saya meninggal dunia dalam keadaan tidak ada luka maupun bekas di injak, sama sekali tidak ada. Tapi bagian dadanya terlihat seperti membusung, keras. Waktu di rumah saya yang memandikan almarhum, setelah saya siram pakai air hangat dadanya menjadi sedikit lemas, tidak kaku lagi,” ucap Vincensius. (ws6/mzm)