Malang, SERU.co.id – Kasak kusuk ketidakharmonisan Pengurus KONI Kota Malang mulai mencuat pasca penundaan Musyawarah Olahraga Kota (musorkot), Sabtu (17/12/2022) lalu. Usai Sekretaris KONI Kota Malang, Anang Fatoni, meminta Eddy Wahyono mundur dari jabatannya demi keberlangsungan/menyelamatkan cabor. Beberapa pengurus lainnya mulai buka suara atas kondisi KONI Kota Malang, khususnya nasib cabor yang akan menghadapi Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jatim 2023.
Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi (Binpres) KONI Kota Malang, Yudo Nugroho melihat, sinyal ketidakharmonisan pengurus sudah terlihat sejak Ketua Umum KONI Kota Malang Eddy Wahyono memimpin sidang. Saat itu, Eddy sempat meminta beberapa pengurus untuk maju menemani, tapi tidak ada satupun yang maju.
“Ya kalau melihat kemarin, tidak ada yang mau memimpin sidang. Sampai pak ketua sendiri manggil-manggil orang, secara etis itu tidak tepat,” seru Yudo.
Kemudian, Yudo pun bertanya-tanya, kenapa para pengurus yang dipanggil ke depan justru tidak bersedia. Usut punya usut, para pengurus telah mengetahui bahwa pada saat itu ada pelanggaran-pelanggaran dalam AD/ART yang tidak dipenuhi.
“Jadi pada takut nanti akan bersitegang dengan teman-teman yang lain. Berikutnya dibalik itu, pengurus-pengurus juga melihat kok sampai molor hampir 3 jam, ini ada apa? Nah ternyata dari unsur Pemkot, Eksekutif, Legislatif yang diundang tidak hadir,” beber Yudo.
Disisi lain, Yudo mengaku, di jajaran Pengurus KONI Kota Malang juga jarang dilakukan rapat intern. Padahal, hal tersebut dirasa sangat penting untuk membahas keberlangsungan cabor.
“Berikutnya kita menyadari pengurus-pengurus ini kurang rapat intern KONI, sebetulnya itu juga menjadi krusial jika tidak ada keterbukaan. Sehingga Musorkot kemarin itu langsung ditetapkan oleh beberapa orang saja,” bebernya.